Penyandang Cacat Ini Sedih Rumahnya Diporak-porandakan Gajah Liar
Zakaria petani yang mengalami cacat fisik akibat kecelakaan pada tahun 1995, sehingga kaki kananya terpaksa diamputasi hingga bagian paha.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, IDI – Semua orang tua di dunia ini berkeinginan untuk memenuhi kehidupan keluarga serta menyekolahkan anaknya, begitu juga seorang petani yang mengalami disabilitas fisik bernama Zakaria (50) warga Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
Meski dengan keterbatasan fisiknya bukan berarti dia patah semangat untuk mewujudkan impianya. Tapi justru cacat fisik bukanlah penghalang baginya untuk mewujudkan tanggungjawabnya baik menghidupi keluarga maupun menyekolahkan anaknya.
Dia bukanlan seorang pegawai negeri maupun pegawai swasta, tapi seorang petani yang setiap hari bekerja di kebunya yang telah ditanami kakao (cokelat), pinang, dan sawit.
"Inilah andalan saya untuk menghidupi keluarga saya, dan untuk membiayai anak-anak saya melanjutkan pendidikan nanti,” ungkap Zakaria kepada Serambinews.com, Sabtu (26/3/2016).
Zakaria petani yang mengalami cacat fisik akibat kecelakaan pada tahun 1995, sehingga kaki kananya terpaksa diamputasi hingga bagian paha.
Sedih memang melihat kondisi ayah yang memiliki enam orang anak ini. ”Anak saya enam, tiga sudah menikah, dan tiga lagi masih dibangku pendidikan,” ungkapnya.
Demi merekalah, ungkap Zakaria dirinya bekerja keras berkebun agar ketiga anaknya itu tidak putus sekolah.
”Tanaman kakao, pinang, dan sawit di kebun saya sebelumnya sudah memetik hasil tapi karena gangguan gajah sejak tahun 2006 hingga sekarang semuanya tanaman di kebun saya dimusnahkan gajah,” ungkapnya.
Meskipun demikian diakuinya, bahwa dia tidak berputus asa pada tahun 2010 dirinya kembali menanam sawit, kakao, dan pinang dikebunya itu.
”Untuk kali ini sekeliling kebun udah saya pagar, dan saya berjaga setiap malam di kebun untuk menghalau gajah, agar nanti sawit saya bisa berhasil demi menghidupi dan menyekolahkan anak saya,” ungkapnya.
Tapi ketika tanaman sawit, pinang dan kakao sudah mulai berbuah pada tahun 2013 sambung Zakaria, pada suatu malam gerombolan gajah memasuki kebunnya lagi, gajah itu mengobrak-abrik, mencabut, serta merebahkan semua tanaman sawit, kakao dan pinang miliknya itu.
“Tidak ada yang tersisa lagi, bahkan gubuk yang saya tempati juga dirubuhkan gajah, untung saya masih selamat,” ungkapnya sedih.
Diakuinya bahwa kesedihannya itu merupakan nasib malang yang juga dialami ratusan petani lainnya di daerah tersebut.
”Kini kami tak berdaya lagi untuk mengatasi gajah liar tersebut, bahkan kebun-kebun kami tersebut kami biarkan menjadi lahan tidur, karena jika ditanamipun tidak akan berhasil,” keluh Zakaria.
Kini semua impian dan cita-citanya untuk membiayai pendidikan anaknya telah dimusnahkan gajah.
“Tidak ada harapan lagi, bahkan saya tidak mampu lagi membiayai pendidikan anak bungsu saya untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi,” ungkapnya. (Seni Hendri)