Mansur Si Tukang Cukur 'DPR' Jadi Saksi Tugu Kujang Hingga Layani Orang Belanda
"Saya buka lapak di sini sebelum Tugu Kujang ada, tugu kan dibikinnya tahun 1986,"
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Tukang cukur DPR, sebutan ini berkembang di masyarakat Bogor, menyebut lapak pangkas rambut di bawah pohon rindang (DPR).
Tukang cukur DPR ini masih bisa dijumpai, tak jauh dari Tugu Kujang, Kota Bogor.
Lelaki tua tampak serius melayani pelanggannya yang meminta agar rambutnya dirapihkan.
Mansur (77), warga Cibereum, Mulyaharja, Kota Bogor, sudah menggeluti profesi sebagai tukang cukur sejak tahun 1980.
"Saya buka lapak di sini sebelum Tugu Kujang ada, tugu kan dibikinnya tahun 1986," ujar ayah dari delapan anak ini.
Tribunnewsbogor.com/Ardhi Sanjaya
Sejak umur 20 tahun, Mansur memutuskan untuk mencari nafkah menggunakan gunting kodok yang dimilikinya kini.
Bermodal ilmu mencukur dari kakaknya, Mansur pun membulatkan tekad untuk bekerja sebagai tukang cukur.
Pendestrian di Jalan Otista, Bogor Tengah, Kota Bogor, tidak jauh dari ikon Kota Bogor, kaca lapuk dan meja sederhana menjadi tempatnya mengais rejeki untuk keluarga.
Pohon randu berukuran sangat besar, menjadi tempat nyaman untuk menata rambut dari pelanggannya.
"Pernah di Pulogadung, pindah ke Rawamangun, sampai saya ke sini, banyak yang nawarin pindah ke ruko, cuma saya tidak mau," katanya.
Tanpa membandrol uang jasa mencukur rambut, setiap harinya minimal Mansur melayani tujuh orang.
Tribunnewsbogor.com/Ardhi Sanjaya