Warga Mojokerto Penderita Gangguan Jiwa Meningkat, Ini Penyebabnya
Tekanan sosial dan ekonomi membuat masyarakat Kota Mojokerto banyak mengidap stres berat atau gangguan jiwa (psikotik).
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Sudharma Adi
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Tekanan sosial dan ekonomi membuat masyarakat Kota Mojokerto banyak mengidap stres berat atau gangguan jiwa (psikotik).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, penderita gangguan jiwa berat pada Februari sampai Desember 2015 berkisar 17 sampai 38 orang atau rata-rata per bulan sekira 23 orang.
Kemudian pada 2016, jumlah penderita psikotik pada Januari sebanyak 20 orang, Februari 33 orang, Maret 27 orang dan April 30 orang. Rata-rata per bulan ada 28 penderita psikotik.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Christiana Indah WW, menjelaskan tekanan sosial dan ekonomi di perkotaan meningkat membuat orang menjadi gampang stres.
"Memang naik sekira satu persen. Namun data yang ada itu tak termasuk gangguan jiwa ringan seperti yang sedang stres," ujar Christiana pada Jumat (13/5/2016).
Berdasarkan data itu, sambung Christiana, penderita psikotik paling banyak karena faktor ekonomi, terutama korban pemutusan hubungan kerja.
Para penderita bisa mengalami gangguan jiwa berat karena merasa tak ada yang bisa menolong ketika kehilangan pekerjaan.
"Ini terutama karena ada rasa egois dan ambisius untuk meraih karier dan pekerjaan. Dia langsung down ketika jadi korban PHK," tutur dia.
Penyebab lain kenaikan penderita psikotik adalah korban pelecehan seksual. Dinkes masih menangani dua perempuan muda penderita gangguan jiwa, namun kadarnya semakin tinggi karena mereka diperkosa pria hingga hamil dan punya anak.
"Mereka awalnya sudah stres, namun karena diperkosa beberapa kali, malah jadi psikotik. Itu wajar, karena memori aib membekas di pikirannya. Pengasuhan anak mereka saat ini dibantu keluarganya," papar dia.
Sedangkan faktor lain adalah unsur genetis. Beberapa kasus psikotis adalah dari orangtua atau sanak keluarga ada yang sudah mengalami gangguan jiwa dan itu bisa dialami keturunannya.
"Kalau memang ada seorang keluarga yang punya bakat psikotik, maka dari keluarga harus membantu agar jangan sampai stres," beber Christiana.
Dari kecenderungan kenaikan penderita psikotik, Dinkes telah bekerjasama dengan RSJ Menur Surabaya untuk penanganan pasien. Mereka yang susah diatur dan mudah emosi langsung dibawa ke Surabaya.
Jika penderita psikotik masih bisa ditangani, Dinkes telah menyiapkan Puskesmas Gedongan, di mana tersedia dokter RSJ Menur yang datang tiap bulan memeriksa kondisi pasien.
"Proses kesembuhan psikotik memang lama. Makanya, selain dengan berobat, peran keluarga untuk merawat mereka sangat penting agar mereka kembali normal," terang dia.