Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polisi Nyambi jadi Pemulung, Gara-garanya Bripka Seladi Ditipu dan Berutang Rp 150 Juta

Seladi menceritakan kisah panjangnya hingga ia memutuskan nyambi menjadi pemulung dan menolak uang suap pembuatan SIM.

Editor: Robertus Rimawan
zoom-in Polisi Nyambi jadi Pemulung, Gara-garanya Bripka Seladi Ditipu dan Berutang Rp 150 Juta
SURYAMALANG.COM/SRI WAHYUNIK
Beginilah Keseharian Bripka Seladi. 

Di tengah cibiran masyarakat tentang gaya hidup hedonisme di kalangan polisi, kata Dewa, masih ada contoh polisi yang hidup sederhana, tidak berlebihan.

Sebenarnya, apa yang ia dapat dari kepolisian cukup namun ia mencari penghasilan tambahan, dengan tidak mengganggu tugas utamanya.

"Pekerjaan sampingan ini sudah ia lakukan sejak lama, dan dia konsisten melakoninya. Saya yakin masih banyak Seladi-Seladi lain tetapi tidak terekspos," tegasnya.

Terkait penghargaan untuk Seladi, Dewa menambahkan, ada mekanisme pemberian reward kepada anggota polisi.

Ada tim yang menilai kinerja anggota.

"Kalau soal penghargaan itu ada tim yang menilai, dan tentunya kami akan laporkan ke kapolres."

"Dan tentang persoalan yang menghimpit dia, tentunya kami akan membantu mencarikan solusi," tegasnya.

Berita Rekomendasi

Apakah juga akan membantu supaya anak Seladi, Rizal Dimas lolos dalam tes polisi, Dewa menegaskan kalau itu tidak bisa dilakukan.

Sebab perekrutan polisi, telah memiliki mekanisme tersendiri dengan menganut azas BETAH (Bersih, Transparan, Akuntabel, dan Humanis). Kalau memang anak Seladi, layak pasti lolos.

Hanya saja, jumlah penerimaan polisi di Indonesia juga sesuai dengan kuota yang telah ditentukan.

Pemulung sampah

Seladi adalah polisi. Tetapi ia juga memiliki sampingan pekerjaan menjadi pemulung.

Maksudnya, usai lepas dinas, laki-laki berusia 57 tahun itu, memilah sampah. Bersama anak, dan dua orang temannya, ia memilah sampah yang telah diambil dari seputaran Stasiun Kota Baru Malang.

"Sudah delapan tahun bekerja sampingan ini. Sampah ini rezeki, sayang kalau dibiarkan," ujar Seladi kepada Surya.

Selama delapan tahun itu, ia memulai dengan berkeliling mengumpulkan sampah. Ia mengendarai sepeda onthelnya.

Barulah empat tahun terakhir, ia menempati bangunan kosong di Jalan Dr Wahidin. Ia tidak lagi berkeliling mencari sampah, tetapi tinggal memilahnya.

Temannya yang mengambil sampah memakai mobil bak terbuka, kemudian dikumpulkan di gudang untuk dipilah.

Seladi tetap memilah sampah dan barang rongsokan. "Tidak jijik, ini kan juga rezeki saya," imbuhnya.

Pendapatan dari sampah cukup membantu ekonomi keluarga.

Meskipun menurut Seladi, gajinya sebagai polisi tetap lebih besar daripada penghasilan dari penjualan sampah. (Suryamalang/Sri Wahyunik)

Sumber: Surya Malang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas