ARA Studio Surabaya Hadirkan Ara Play, Begini Keunikannya
Menarasikan rangka bangun lewat maket yang disucikan arsitek konvensional mulai didobrak ARA Studio lewat sebuah permainan.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman
![ARA Studio Surabaya Hadirkan Ara Play, Begini Keunikannya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ara-studio_20160526_233900.jpg)
Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Menarasikan rangka bangun lewat maket yang disucikan arsitek konvensional mulai didobrak ARA Studio lewat sebuah permainan.
Firma arsitektur asal Surabaya ini menghadirkan Ara Play, mainan kayu yang dapat dibongkar pasang, yang pada akhirnya membentuk sebuah rangka bangunan utuh, bisa diubah mana suka.
Terobosan baru ini diperkenalkan lewat pameran arsitektur sejak 20 Mei hingga 3 Juni 2016 sekaligus memperkenalkan kantor baru ARA Studio di Jalan Trunojaya 91, Surabaya, Jawa Timur.
Pameran ini menarasikan ulang proses di balik karya-karya pesanan klien yang pernah dikerjakan ARA Studio selama ini. Zaman maket sudah lewat, tergantikan oleh mainan kayu yang dapat dibongkar pasang.
Ayos Purwoaji (26), kurator pameran, menjelaskan geometri bangunan yang pernah dibuat ARA Studio dipecah ke dalam mainan kayu. Terbuka ruang komunikatif antara sang arsitek dan kliennya lewat Ara Play di sini.
"Yang ingin dimunculkan adalah pemaknaan yang berubah. Saat arsitek mempunyai ide, secara simbolis pengguna (klien, red) punya kuasa untuk menerjemahkan," jelas Ayos Purwoaji kepada Surya, Kamis (26/5/2016).
Mainan kayu bongkar pasang yang dipamerkan merupakan enam proyek ARA Studio untuk klien di antaranya Food Court and Park, Mojo, Kudos, Ramada Hotel, Box Culv, dan Rumah Manyar Jaya.
Di pembukaan pameran 10 siswa SD Dr Sutomo V diundang dan diajak berkreasi merancang sebuah bangunan dari mainan kayu yang dapat dibongkar pasang.
Menurut Ayos, pameran ini menceritakan bagaimana ARA Studio menggarap proyek klien. Mau tak mau mereka ikut bereksperimen untuk bangunan yang dinginkan.
"Semua ada di sini, mulai dari perencanaan hingga finishing. Maket kita hilangkan diubah menjadi permainan. Biasanya maket disentuh saja tidak boleh, tapi ini (klien, red) bisa mengubah dan menambahi. Fokusnya pada interaksi, karena tak semua ide arsitek, klien menyetujui," beber Ayos.
Menariknya pameran ini selain menonjolkan sisi prosesnya, juga memperlihatkan komunikasi dua arah antara arsitek ARA Studio dengan kliennya lewat tempelan obrolan aplikasi WhatsApp di atas 400 lembar kertas folio. Obrolan tersebut berisi soal pemesanan klien untuk bangunan yang dinginkannya.
Di belakang pameran, terdapat barang-barang dan hobi kesukaan arsitek ARA Studio. Di sini klien dihadapkan pada selera masing-masing arsitek, karena selera mereka sangat mempengaruhi desain yang dikeluarkan.
"Ada yang menyukai musik, ada gitar di sana. Ada action figure Star Wars, sampai ada yang suka perempuan, juga ada foto perempuan," Ayos menceritakan soal kebiasan arsitek ARA Studio sambil tertawa.
ARA Studio menggelar diskusi 'Media dan Kritik Arsitektur,' pada Jumat (27/5/2016) pukul 14.00 WIB, menghadirkan pembicara Yusni Aziz, Sylvania Hutagalung, dan Muhammad Darmab.
Diskusi ini bakal membahas minimnya ruang kritik atas sebagian besar publikasi arsitektur di Indonesia yang selama ini memunculkan keterjarakan antara sang arsitek dan kliennya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.