Ratusan Pemudik Memaksa Masuk Feri Meski Tak Punya Tiket
Darwis (61), petani asal Penajam Pasir Utara, mengatakan, dia memaksa masuk karena loket tak lagi menjual tiket sejak beberapa hari lalu.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN – Ratusan penumpang tujuan Mamuju, Sulawesi Barat, memaksa masuk kapal feri KMP Satria Pratama di Pelabuhan Jetty di Kampung Baru, Balikpapan Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (4/7/2016).
Meski tanpa tiket, mereka nekat masuk memenuhi ruang tunggu penumpang hingga ruang muat kendaraan.
Darwis (61), petani asal Penajam Pasir Utara, mengatakan, dia memaksa masuk karena loket tak lagi menjual tiket sejak beberapa hari lalu.
“Saya menginap di emper loket sejak Sabtu (2/7/2016), tapi tak juga ada tiket dijual,” katanya.
Darwis pun memaksa masuk kapal dan mengambil tempat di ruang memuat kendaraan.
“Saya menyerobot saja. Belum ada tiket sekarang,” kata Darwis.
Amin Mandar yang tinggal dekat Pelabuhan Jetty ini pun mengaku, dirinya sudah dua malam menginap di pelabuhan. Namun, hingga hari ini pun tidak mendapat tiket. Dia memaksa masuk ke kapal dan duduk di ruang muat kendaraan.
“Lebaran kali ini saja seperti ini. Dulu-dulu tidak,” kata Amin.
Pelabuhan Jetty penyeberangan Balikpapan–Mamuju terletak di Kampung Ujung, Balikpapan, menyatu dengan tempat bongkar muat batu koral dan bongkar muat alat berat. Pelabuhan ini melayani penyeberangan setiap hari.
Hari ini, giliran KMP Satria Pratama yang dijadwalkan berlayar ke Mamuju. Kapal ini sejatinya mampu memuat 20 kendaraan campuran, roda empat hingga enam, 80-an roda dua, dan 230 penumpang. Tiket penyeberangan Rp 155.000 per penumpang.
H-2 Lebaran kali ini, calon penumpang dan kendaraan menumpuk. Belasan mobil dan dua truk belum bisa masuk. Mereka tertahan di pelabuhan. Sementara itu, lebih dari 600 orang sudah lebih dulu memenuhi kapal, hingga ruang muat kendaraan.
Mereka beralasan sudah menunggu sejak dua hingga tiga hari lalu. Mereka terpaksa menginap di sembarang tempat, termasuk hingga di kolong-kolong jembatan kapal ponton.
“Setiap hari, kami dijanjikan akan ada tiket, bahkan sampai Senin kemarin. Ternyata tidak. Saya sekarang pun tak ada tiket,” kata Dahlan (63), warga pekerja perusahaan kayu asal Samarinda.
Dahlan memastikan siap membeli tiket bila memang masih dijual.
Seorang pekerja harian lepas pelabuhan bernama Anwar mengatakan, layanan mudik kali ini begitu amburadul.