Lebaran Diundur Tiga Tahun Lagi dan Jatuh di Bulan Juni, Dua Stasiun Televisi Panen Olok-olok
"Hore tahun ini gk jadi lebaran....diundur 3 thn lagi..kasian dech loe yg dh pada mudik...****** emang beda..." .
Penulis: Robertus Rimawan
Tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta (0= -0,7° 48’ dan n\=110° 21’ BT) =-0,1 19’ 13’’ (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari, bulan berada di bawah ufuk.
"Kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk melaksanakan ibadah Idul Fitri dengan memperbanyak takbir, tahmid, dan taqdis, membayar zakat fitrah serta menunaikan shalat Idul Fitri di lapangan yang bersih dan representatif sesuai dengan syariat Islam dan sunnah Nabi Muhammad SAW," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (4/6/2016).
Dalam menetapkan 1 Syawal 1437 H, PP Muhammadiyah saat ini menggunakan metode hisab wujudul hilal, yakni memperhitungkan bulan baru berdasarkan hilal yang telah terwujud.
Bukan wujud penyeragaman
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan penetapan jatuhnya 1 Syawal 1437 Hijriah pada Rabu, 6 Juli 2016 berdasarkan pantauan objektif ilmiah yang dipegang PBNU yakni melalui sistem rukyat.
"Kesamaan ini bukan hal dipaksakan tapi berdasarkan objektikf ilmiah yang dipegang oleh NU yakni rukyat, kebetulan tahun ini perhitungan rukyat sama dengan perhitungan hisab baik Ramadhan maupun Syawal ini," ujar Said di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (4/6/2016).
Ia pun menolak jika kesamaan jatuhnya 1 Syawal sengaja dilakukan untuk keseragaman perayaan lebaran semata.
Menurut dia, penetapan jatuhnya 1 Syawal memang berdasarkan argumentasi masing-masing pihak.
"Jadi bukan semata-mata hanya ingin mewujudkan keseragaman, tidak," kata Said.
Ia mencontohkan penetapan 1 Syawal sebelumnya yang diketahui ada perbedaan terkait jatuhnya hari raya Idul Fitri.
Namun, hal itu tidak masalah jika masing-masing pihak memegang argumentasinya.
"Bila perlu kalau tidak sama ya enggak apa-apa tidak sama. Karena dasar argumentasinya beda, akan tetapi yang tahun ini sama kebetulan sama," ungkap dia.
Diketahui, kedua metode dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri tersebut selalu mengklaim memiliki dasar yang kuat, dan beberapa kali terjadi perbedaan dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal.(*)