Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lebaran Diundur Tiga Tahun Lagi dan Jatuh di Bulan Juni, Dua Stasiun Televisi Panen Olok-olok

"Hore tahun ini gk jadi lebaran....diundur 3 thn lagi..kasian dech loe yg dh pada mudik...****** emang beda..." .

Penulis: Robertus Rimawan
zoom-in Lebaran Diundur Tiga Tahun Lagi dan Jatuh di Bulan Juni, Dua Stasiun Televisi Panen Olok-olok
FACEBOOK
Lebaran jatuh tiga tahun lagi dan ada juga yang menulis jatuh pada bulan Juni. Dua stasiun televisi swasta nasional jadi bahan olok-olok, Selasa (5/7/2016). 

TRIBUNNEWS.COM - Dua stasiun televisi jadi bahan olok-olok di media sosial setelah netizen screenshoot kesalahan ketik hasil penentuan Kemenag tentang Hilal, Selasa (5/7/2016).

Sebuah stasiun televisi menulis kalau Idul Fitri jatuh pada Rabu 6 Juli 2019 itu artinya tiga tahun lagi dari sekarang, sementara stasiun televisi satunya menulis 1 Syawal Rabu 6 Juni 2016.

BACA BERITA KLARIFIKASINYA: Klarifikasi 'Meme Lebaran Diundur Tiga Tahun Lagi', tvOne Mengaku Dizalimi

Spontan foto ini menyebar di Facebook dan jadi viral.

Jargon 'Kami Memang Beda' jadi kata-kata yang sering ditulis oleh netizen saat mengunggah kesalahan tersebut.

Berbagai komentar kocak muncul dari netizen seperti yang nulis teks di layar televisi belum mendapat THR.

"Yang tulis text belum dapat THR," tulis akun dengan nama Muawiyah Bin Mustamin.

Berita Rekomendasi

Ada juga akun yang menulis,"ternyata lebaran 3 tahun lagi, lanjut terus puasa kita."

"Hore tahun ini gk jadi lebaran....diundur 3 thn lagi..kasian dech loe yg dh pada mudik...****** emang beda..." Tulis akun Eghi Soephenou Phoutro.

Bahkan ada netizen yang sampai menulis dengan sindiran satir dan panjang.

"Assalamu'alaikum wr wb,"

"Saudara2ku dimana saja berada, saya & keluarga mngucapkan "Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1437.H, dengan kerendahan hati mohon maaf lahir & bathin, bila ada kesalahan, kelalaian maupun kesilafan baik sengaja ataupun tak sengaja..atas ucapan kata serta perbuatan yg tidak berkenan dihati saudara2ku semua."


"Tak ada manusia yg luput dari salah & dosa, hanya kepada Allah kita bertaubat mohon ampunan & kepada sesama manusia kita saling memaafkan."

"Saya & keluarga telah lebih dahulu memaafkan saudara2ku sekalian."

"Sedih berpisah denganmu bulan ramadhan, lebih sedih lg dg tayangan ***** ini, yg menulis hari Lebaran pd hari Rabu 6 Juli 2019."

"Mudah2an kita diberi umur panjang & sabar menunggu th.2019," tulis akun Firdaus Adis.

Idul Fitri jatuh pada 6 Juli 2016

Seperti dikutip dari Kompas.com, tahun ini dua organisasi masyarakat Islam, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merayakan hari raya Idul Fitri secara bersamaan.

Kedunya menetapkan menetapkan 1 Syawal 1437 H  jatuh pada hari Rabu, 6 Juli 2016.

Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU Shohibul Faroji mengatakan bahwa keputusan ini berdasarkan pemantauan langsung hilal atau rukyatul-hilal bil fi'li oleh Tim Rukyatul Hilal atau lembaga Falakiyah PBNU pada 4 Juli 2016 di beberapa lokasi rukyat yang telah ditentukan dan tidak berhasil melihat hilal.

"Dengan demikian, umur bulan Ramadhan 1437 H adalah 30 hari (istikmal). Atas dasar istikmal tersebut dan sesuai dengan pendapat al-madzahihul arba'ah maka awal bulan Syawal 1437 H jatuh pada hari Rabu 6 Juli 2016," ujar Shohibul saat memberikan keterangan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (4/7/2016).

Shohibul menjelaskan, sebanyak 42 titik pemantauan hilal ada 19 titik yang sudah melaporkan bahwa mereka tidak berhasil melihat hilal.

Ke-19 lokasi tersebut yaitu Gresik, Pantai Genjeran (Surabaya), Pantai Tanjung Kodok, Gebang Pangkalan, Watu Kosek (Pasuruan), Pantai Serang (Blitar), Ngeliyep (Malang), Tanjung Tembaga, Situbondo, Pelabuhan Ratu, Pati, Karangjahe (Rembang), Blora, Season City (Jakarta Barat), Setradar AU (Jombang), Serang, Pantai Gebang, Pantai Jember, Pamekasan.

"Kami sampaikan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1437 H dengan penuh suka cita. Mohon maaf lahir dan batin."

"Kepada warga NU dan umat Islam pada umumnya agar menyempurnakan ibadah puasa 30 hari dan berhari raya pada Rabu 6 Juli 2016," ungkap Shohibul.

Sementara itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga menetapkan 1 Syawal 1437 H jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016.

Keputusan penetapan 1 Syawal ini dituangkan melalui maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2016.

Keputusan ini ditinjau berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, ijtimak jelang Syawal 1437 H terjadi pada hari ini, Senin (4/7/2016), pukul 18.03 WIB.

Tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta (0= -0,7° 48’ dan n\=110° 21’ BT) =-0,1 19’ 13’’ (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari, bulan berada di bawah ufuk.

"Kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk melaksanakan ibadah Idul Fitri dengan memperbanyak takbir, tahmid, dan taqdis, membayar zakat fitrah serta menunaikan shalat Idul Fitri di lapangan yang bersih dan representatif sesuai dengan syariat Islam dan sunnah Nabi Muhammad SAW," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (4/6/2016).

Dalam menetapkan 1 Syawal 1437 H, PP Muhammadiyah saat ini menggunakan metode hisab wujudul hilal, yakni memperhitungkan bulan baru berdasarkan hilal yang telah terwujud.

Bukan wujud penyeragaman

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan penetapan jatuhnya 1 Syawal 1437 Hijriah pada Rabu, 6 Juli 2016 berdasarkan pantauan objektif ilmiah yang dipegang PBNU yakni melalui sistem rukyat.

"Kesamaan ini bukan hal dipaksakan tapi berdasarkan objektikf ilmiah yang dipegang oleh NU yakni rukyat, kebetulan tahun ini perhitungan rukyat sama dengan perhitungan hisab baik Ramadhan maupun Syawal ini," ujar Said di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (4/6/2016).

Ia pun menolak jika kesamaan jatuhnya 1 Syawal sengaja dilakukan untuk keseragaman perayaan lebaran semata.

Menurut dia, penetapan jatuhnya 1 Syawal memang berdasarkan argumentasi masing-masing pihak.

"Jadi bukan semata-mata hanya ingin mewujudkan keseragaman, tidak," kata Said.

Ia mencontohkan penetapan 1 Syawal sebelumnya yang diketahui ada perbedaan terkait jatuhnya hari raya Idul Fitri.

Namun, hal itu tidak masalah jika masing-masing pihak memegang argumentasinya.

"Bila perlu kalau tidak sama ya enggak apa-apa tidak sama. Karena dasar argumentasinya beda, akan tetapi yang tahun ini sama kebetulan sama," ungkap dia.

Diketahui, kedua metode dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri tersebut selalu mengklaim memiliki dasar yang kuat, dan beberapa kali terjadi perbedaan dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas