Kisah Nyata, Anak Buang Ayah Kandung Saat Takbiran Lantaran Malu
Tadinya, Samanto ingin berlebaran bersama keluarga dan ingin bertemu dengan cucu-cucunya yang kini sedang bertumbuh dewasa.
Editor: Hasanudin Aco
"Soale aku wong ra nduwe dadi de'e jahat, aku gak isok ngekei mangan akhire ngomel-ngomel. Bapak njaluk sepuro Nak. Aku wis tau ngomong bolak-balik. Nak, nek bapak karo ibumu nduwe salah njaluk sepuro, omongono bojomu pisan (Soalnya aku orang tak punya jadinya dia jahat, aku tidak bisa memberi makan akhirya ngomel-ngomel. Bapak minta maaf Nak. Aku sudah berkali-kali ngomong Nak bila Bapak dan Ibumu punya salah minta maaf, istrimu kasih tahu sekalian)," kisahnya dengan kembali berderai air mata.
Tadinya, Samanto ingin berlebaran bersama keluarga dan ingin bertemu dengan cucu-cucunya yang kini sedang bertumbuh dewasa.
Dia rindu momen sungkem bersama sambil menikmati makanan khas Lebaran. Namun harapan itu sirna.
"Maksudku aku wingi nang omah, iso riyoyoan karo anak putu, lah kok aku dibuak. Tau tak alusno arek iku, tapi ya tetep kasar. Aku pingin pulang (Aku kemarin bermaksud di rumah bisa berlebaran bersama anak cucu, lah kok dibuang. Aku telah berusah anakku itu untuk berprilaku halus, namun tetap saja kasar)," keluhnya sambil memegang kepala.
Kendati dibuang anaknya, namun Samanto tetap memaafkannya dan berdoa agar anaknya berubah.
"Aku wis ngampuni anakku, tetep ndungo ben anakku berubah (Aku sudah mengampuni anakku, tetapi aku tetap berdoa agar dia berubah), Ya Allah, ampuni. Aku kepingin pulang," kataku lemas.
Ini adalah hari keempat Samanto bersama teman-teman sebayanya tinggal di tempat penampungan milik pemerintah.
Dia berharap waktu akan cepat berlalu, hingga suatu hari keluarganya menjemputnya, dan kembali memerlukan kehadiran Samanto. Semoga..!