Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Temuan Batu Serupa Bidak Catur Raksasa Perlu Dieskavasi

Batu menyerupai bidak catur raksasa di lereng bukit Kampung Oclang, Desa Girimukti, Ciemas, Sukabumi, diperkirakan berjumlah ratusan.

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
zoom-in Temuan Batu Serupa Bidak Catur Raksasa Perlu Dieskavasi
ISTIMEWA/DOKUMENTASI ANDRI JUNADI KETUA KARANG TARUNA GIRIMUKTI
Batu unik menyerupai bidak catur ditemukan di Kampung Oclang, Desa Girimukti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Batu itu disebut-sebut sebagai artefak zaman megalitikum. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Batu menyerupai bidak catur raksasa di lereng bukit Kampung Oclang, Desa Girimukti, Ciemas, Sukabumi, diperkirakan berjumlah ratusan. Sisanya masih tertimbun tanah.

Arkeolog Badan Arkelogi Bandung, Lutfi Yondri, meyakini batu unik tersebut peninggalan budaya. Ia mencurigai perilaku manusia telah memindahkan atau mengubah bentuk batuan alam yang terbentuk karena proses naik turunnya permukaan air laut.

“Secara arkeologi, benda sudah tidak berada di sumbernya. Kecurigaan saya, yang memindahkan itu besar kemungkinan adalah perilaku manusia. Sesuai definisi arkeologi, benda alam yang diubah sebagian atau seluruhnya atau dipindah itu masuk aktivitas budaya, di situlah kami curigai itu sebagai artefak atau peninggalan budaya,” ujar Lutfi kepada Tribun Jabar, Minggu (10/7/2016).

Lutfi mengusulkan perlu eskavasi secara besar-besaran. Sebab berdasarkan survei sejumlah geolog pula, terdapat susunan batuan di bawah permukaan bukit menyerupai bidak catur raksasa tersebut.

“Apakah susunan batu di bawah permukaan itu punden berudak atau punden saja itu penting perlu ditelusuri dengan metode arkeologi. Dan informasi dari teman geologi itu sudah signifikan untuk ditindaklanjuti melalui penelitian arkeologi,” ujar Lutfi.

Adanya eskavasi dan penelitian secara arkeologi bisa memastikan kategori atau aktivitas lain melalui batu unik tersebut. Adapun eskavasi bisa dilakukan dengan cara membentuk parit memanjang sehingga bisa melihat bentuk struktur yang ada di bawah tanah itu.

BERITA REKOMENDASI

“Apakah biasanya pundakan batu saja atau punden berundak seperti Gunung padang atau batu lain,” ujar Lutfi seraya menyebut jika temuan batu tersebut merupakan data arkeolog yang harus segera diteliti dan diungkap.

”Kehidupan budaya masa lalu di Indonesia belum terungkap, data itu harus segera ditelusuri jangan sampai terabaikan. Kita punya kasus dulu batu kuya, dikatakan benda alam saja, ternyata ada konteks budayanya. Ya itu sudah hilang jangan sampai seperti itu,” kata Lutfi.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas