Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Masa Kecil Bupati Banyuwangi: Jualan di Sekolah Sampai Berbagi Uang Saku

Semua mata siswa SMK Negeri 2 Tegalsari Banyuwangi tertuju kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang bercerita tentang masa kecilnya.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Cerita Masa Kecil Bupati Banyuwangi: Jualan di Sekolah Sampai Berbagi Uang Saku
Surya/Haorrahman
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas membagi pengalaman hidupnya kepada pelajar SMP dan SMK Negeri 2 Tegalsari, Banyuwangi, Selasa (19/7/2016). 

Anas percaya orang sukses adalah mereka yang bisa mengendalikan kesenangan hari ini untuk masa depan.

Di sekolah menengah atas, Anas memiliki teman sekelas yang bernasib lebih sedih, Muhroji namanya. Ia anak keluarga miskin dari Ambulu. Muhroji sering ke sekolah dalam kondisi perut lapar.

"Muhroji ini jarang makan saat berangkat sekolah. Saya sering membagi uang saku saya dengan dia," kata Anas.

Saat itu Anas punya sedikit bekal uang karena nyambi bekerja di Radio Prosalina FM di Jember. Honor yang ia dapat dari bekerja di radio Anas bagi dengan Muhroji.

Muhroji hanya punya satu celana sekolah, yang ia dapat pertama kali saat mendaftar. Teman Anas ini hanya punya satu pasang sepatu andalan yang ia pakai sampai berlubang.

Ketika teman-temannya menggendong tas, Muhroji hanya mengandalkan kantong plastik untuk membawa buku-bukunya.

Saat musim hujan tiba, Muhroji harus menunggu celananya kering baru berangkat ke sekolah. Usai lulus sekolah menengah atas, Muhroji nekat ikut Anas ke Jakarta. Anas kuliah di Fakultas Teknologi Pendidikan IKIP Jakarta, sedangkan Muhroji tidak.

Berita Rekomendasi

Sama-sama berjuang dalam kondisi serba sulit, Anas dan Muhroji memutuskan bekerja. Di awal kuliah Anas tak lagi bekerja. Tapi Muhroji bekerja meski sebagai tukang sapu.

Anas mengakui Muhroji sebagai teman yang gigih, setahun kemudian ia mendapat beasiswa dan kuliah di STT Telkom.

Meski berasal dari keluarga miskin, kesabaran dan kegigihan Muhroji melempangkan jalan hidupnya kelak. Ia dikenal sebagai anak yang pintar, sering salat berjemaah, tak pernah meninggalkan salat Duha dan Tahajud.

"Setelah sekian lama, saya bertemu Muhroji di Facebook, sekarang dia bekerja di Telkom Sumatera Utara. Dia sudah memberangkatkan orangtuanya haji, dan telah punya rumah," kenang Anas.

Berbekal kisah itu, Anas melarang semua siswa dari keluarga tak mampu untuk minder. Sebagai manusia harus beriktiar dan berdoa, serta mau bersusah payah.

"Teman saya yang naik motor dulunya paling top, sekarang jualan. Teman yang susah payah dan bekerja keras ada yang jadi camat di Situbondo. Kesuksesan itu tidak hanya dari usaha saja, tapi keajaiban dari Tuhan," kata Anas menutup ceritanya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas