15 Tahun Lamanya Imam Subekti Hidup Dipasung
Sudah 15 tahun, lelaki berusia 39 tahun yang menderita gangguan jiwa ini hidup dipasung.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Imam Subekti asyik menghabiskan makan paginya di kamar tertutup tanpa jendela, Rabu (20/7/2016).
Sebuah rantai besi mengikat kaki kiri yang dipancangkan pada sebuah beton.
Sudah 15 tahun, lelaki berusia 39 tahun yang menderita gangguan jiwa ini hidup dipasung.
Saat Surya (Tribunnews.com Network) datang ke kamarnya, kondisi Imam tampak segar, meski ibunya menyebut berat badan anaknya menurun.
Saat dikunjungi, Imam mengenakan kemeja kotak-kotak dan sarung.
Sesekali, ia terlihat berinteraksi dengan ibunya, Ny Suparmi (72). Saat ditanya pun Imam bisa menjawab meskipun hanya sekadar satu kata "Ya".
Ibunya sangat telaten merawat anak ketiga dari enam bersaudara ini. Kasih sayangnya pun terlihat saat membantu anaknya membersihkan sisa-sisa makanan di pipinya.
Warga Sidomulyo, Krian, Sidoarjo ini menjadi korban pemasungan. Ia mengalami gangguan jiwa yang diduga melebihi ambang batas.
Saat mengamuk, ia nekat memukul siapa pun di dekatnya, tidak peduli keluarga atau tetangga.
Ceritanya, bujangan ini pernah merusak dan memecah kaca rumah tetangga. Sehingga, suatu ketika keluarganya memutuskan untuk memasung Imam.
"Keluarganya saat itu tidak sanggup membendung amukan Imam saat kumat, makanya memilih dipasung," ujar Kepala Desa Sidomulyo, Kunadi.
Kunadi mengatakan, kondisi Imam awalnya menyedihkan, karena dipasung menggunakan kayu yang di ujungnya disemen oleh keluarga, sehingga ia tak bisa bergerak sedikit pun.
Bahkan, ruangannya pun dipisah, Imam diletakkan di rumah bagian belakang.
"Orangtuanya ketakutan, sehingga Imam diasingkan dari lingkungan," terangnya.
Pada 2015, kata Kunadi, pihaknya bekerja sama dengan kecamatan dan Dinas Sosial (Dinsos) Sidoarjo, serta Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo melepaskan Imam dari pemasungan. Imam akhirnya bebas dari balok kayu dan semen.
"Sayangnya, karena orangtua dan keluarganya masih trauma, Imam tetap dipasung, meski hanya diikat menggunakan rantai tidak dibalok dan semen. Ini lebih baik dari pada dulu," imbuhnya.
Kunadi menjelaskan, saat ini, Imam bisa leluasa bergerak dibandingkan saat dibalok kayu dan disemen. Ia bisa berjalan, meskipun dengan jangkauan terbatas.
"Kami dari pihak desa selalu memantau perkembangannya, dan juga selalu koordinasi dengan Dinsos Sidoarjo dan Puskesmas Krian," ucapnya.