Ayah Merry Utami di Solo Dikabarkan Stroke dan Enggan Temui Wartawan
Menurut petugas kebersihan Rusunawa Semanggi, Sukirno alias Gendon, sudah beberapa media yang tidak mau ditemui Siswandi.
Editor: Wahid Nurdin
"Sekarang Pak Siswandi tidak bisa apa-apa karena sedang stroke," terangnya.
Demo tolak eksekusi mati Merry
Ada pemandangan menarik menjelang eksekusi para terpidana mati di LP Nusakambangan, Kamis (28/7/2016).
Sekelompok perempuan yang mengaku dari Koalisi Perempuan Indonesia Cilacap menggelar aksi unjuk rasa di depan akses masuk Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Jawa Tengah.
Mereka menuntut terpidana mati atas nama Merry Utami tidak dieksekusi. Menurut mereka, Merry Utami merupakan korban, bukanlah bandar.
Perempuan bernama Munji yang menjadi orator aksi tersebut betalasan Merry tidak mengetahui ada narkoba di tangannya.
Karenanya, kata Munji, Merry tak layak dihilangkan nyawanya.
"Merry adalah korban, bukanlah bandar. Jadi jangan hilangkan nyawanya. Kami tidak membela bandar, silahkan hukum bandar, jangan korban," kata Munji dalam orasinya.
Selain berorasi, para pengunjukrasa juga melantunkan lagu "darah juang" sambil membentangkan karton bertuliskan "Save Merry."
Massa peserta aksi sendiri hanya berjumlah delapan orang. Unjuk rasa tersebut dibubarkan aparat Kepolisian, karena tidak ada pemberitahuan.
Hal tersebut dinyatakan Kasubag Humas Polres Cilacap, AKP. Bintoro.
"Ya mereka tidak ada pemberitahuan, jadi kami bubarkan," kata Bintoro.
Para aparat memaksa mereka masuk ke mobil dan dibawa ke Polres Cilacap.
Sebagaimana diberitakan, pemerintah akan menggelar eksekusi mati tahap 3, kepada 14 terpidana mati kasus narkoba, tiga di antaranya: Freddy Budiman, Merry Utami, dan Zulfikar.