Peserta Karnaval Pelajar di Sumba Timur Kritik Mendikbud terkait Full Day School
SMP Satu Atap Padadita mengeritik kebijakan Full Day School yang diwacanakan Mendikbud Muhajdir Effendy.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Pos Kupang, Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM, WAINGAPU -- Selain menghibur masyarakat, karnaval pelajar dan mahasiswa di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Jumat (12/8/2016) sore juga bermuatan kritik kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy.
Kritikan disampaikan lewat poster pada kertas manila yang dibawa peserta dari SMP Satu Atap Padadita.
SMP Satu Atap Padadita mengeritik kebijakan Full Day School yang diwacanakan Mendikbud Muhajdir Effendy.
"Full Day Schooll," demikian tulisan bergagang kayu yang dipegang seorang peserta. Tulisan lain yang dibawa peserta lainnya, yaitu: "Wani Piro? Gaji. Kinerja. Sertifikasi. Deal? "Lapar. Ngantuk." "Pusing. Bosan." "Bolos. Masalah."
Berbaris di belakang kelompok Full Day Schooll, seorang memegang kertas dengan tulisan: Full Day Home.
Beberapa temannya membawa tulisan yang digantung dengan tali rafia di leher.
"Ngajar No. Kinerja Yes. Sertifikasi Yes."
"Belajar No way. Game Yes. Bermain Yes. Pornografi Yes."
Selanjutnya menyusul siswa pembawa tulisan: Full Day Misery yang artinya hari penuh kesengsaraan.
Di kelompok Full Day Misery, ada siswa yang membawa tulisan: Siapa yang cari rumput untuk kerbau, kuda, sapi? Keloe dech.
"Siapa yang bantu masak, cuci, sapu halaman? Cape dech.
Selain Full Day Schooll, SMP Satu Atap Padadita juga menyindir kurikulum. Hal ini terlihat dari tulisan yang dipegang seorang siswa: KTSP vs K-13.
KTSP adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006, sedangkan K-13 maksudnya Kurikulum 2013.
Sebagaimana diketahui kedua kurikulum ini mencetuskan kontroversi karena dianggap membingungkan tenaga pendidik.
Karnaval pelajar yang diikuti siswa SMP, SMA dan mahasiswa diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam rangka memperingati HUT ke-71 Kemerdekaan RI. (*)