Tradisi Ithuk-Ithukan di Dusun Rejopuro, Makna Gotong Royong dan Rasa Syukur pada Alam
Dusun Rejopuro, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah Banyuwangi, memiliki cara sendiri sebagai bentuk penghormatan pada mata air mereka.
Editor: Dewi Agustina
Menurut Anas, masuk ke Dusun Rejopuro terasa asri dan sejuk. Banyak rumah-rumah asli, dan dikelilingi pohon-pohon rindang dan bukit. Anas mengatakan, dengan tradisi Ithuk-Ithukan ini, memiliki filosofi mendalam penghormatan pada leluhur, masyarakat, dan alam.
"Bagi yang sakit dan tidak bisa hadir di acara ini, ithuknya diantar ke rumahnya. Ini menunjukkan toleransi pada sesama," kata Anas.
Bahkan Anas mengatakan, masyarakat kota harus belajar dari desa. Bagaimana tradisi tumbuh di tengah modernitas. Masyarakat bergotong-royong menjaga ekosistem.
"Air dijaga, kalau ada orang kencing di situ dimarahi. Ini merupakan konsep habluminawwoh, habulminnanas," kata Anas.
Selain itu, tradisi ini juga mengajarkan hidup sehat. Ayam yang disajikan di tradisi ini dibakar bukan digoreng. Dengan dibakar lemak-lemak pada ayam hilang.
"Makanannya enak dan sehat, ayamnya dibakar. Banyak juga makanan yang baru pertama saya makan seperti uyah asem ayam, tawon ndas, dan makan lainnya," kata Anas.
Menurut Anas ada tiga yang membawa penyakit. Pola makan, pola hidup, dan keakean polah (kebanyakan gaya).
Bupati yang memasuki periode kedua tersebut meminta, masyarakat bisa menjaga dusunnya. Tradisi ini terus dijaga, karena ini bisa menjadi potensi wisata. (haorrahman)