Pantai Pulau Merah Banyuwangi Berlumpur, Bupati Tegur PT BSI
Teguran ini terkait belum selesainya pembangunan enam dam yang disanggupi BSI sesuai dengan dokumen lingkungan.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Beberapa hari ini, Pantai Pulau Merah yang menjadi destinasi favorit di Banyuwangi bercampur lumpur, sehingga membuat warna air menjadi kecoklatan.
Diduga salah satu faktor penyebabnya dari aktifitas tambang emas PT Bumi Suksesindo.
Karena itu, Pemkab Banyuwangi secara resmi memberikan teguran tertulis kepada PT Bumi Suksesindo (BSI) selaku pemegang izin pertambangan emas di Bukit Tumpang Pitu.
Teguran ini terkait belum selesainya pembangunan enam dam yang disanggupi BSI sesuai dengan dokumen lingkungan. Saat ini, BSI baru menyelesaikan pembangunan tiga dam.
Akibatnya, saat hujan deras yang mengguyur Banyuwangi dalam beberapa hari terakhir, lumpur dab sampah terbawa hingga ke hilir, termasuk ke Sungai Katak yang membawanya hingga ke Pantai Pulau Merah.
Menurut Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas surat teguran tertulis telah diterbitkan.
”Senin depan akan saya antar sendiri ke kantor mereka. Terus terang ini memprihatinkan. BSI harus bertanggung jawab,” tegas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Sabtu (20/8/2016).
Menurut Anas, Pemkab mendesak BSI untuk mematuhi semua perencanaan yang telah ditetapkan. Terutama yang urgen adalah segera menyelesaikan pembangunan dam untuk menampung air.
”Saat ini, untuk solusi jangka pendek, Pemkab Banyuwangi memerintahkan BSI untuk melakukan normalisasi Sungai Katak. Pokoknya normalisasi harus sampai tuntas. Lumpurnya harus disedot dan dikeruk, juga harus dipasang pengamannya, dan itu tanggung jawab mereka (BSI). Sudah saya perintahkan beberapa hari lalu, dan laporannya sudah jalan. Tapi saya akan cek sendiri hari Senin sambil antarkan surat teguran,” papar Anas.
Anas mengatakan, Pemkab Banyuwangi memberi tenggat waktu kepada BSI untuk menyelesaikan pembangunan sebanyak tiga dam tersisa dalam tiga bulan ke depan.
Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Banyuwangi Chusnul Khotimah menambahkan, di dalam perencanaan, saat volume hujan normal, air dapat ditampung di dalam 40 check dam yang sudah dibangun tiap jarak 60 meter.
Namun, dalam kondisi hujan ekstrem atau hujan storm yang terjadi saat ini, diperlukan storm water dam dan kontrol terakhir dengan environmental control dam (ECD).
”ECD itulah yang belum selesai pembangunannya, sehingga kami mendesak dan memberi teguran tertulis ke BSI untuk segera menyelesaikannya,” ujarnya.
Chusnul menyebut, curah hujan di bulan Agustus ini mencapai 200 mm, jauh lebih tinggi dibanding curah hujan dalam kondisi biasanya yang hanya sebesar 47 mm. Limpahan air itulah yang tidak bisa ditampung di sebagian dam yang sudah selesai dibangun.