BMKG: Hujan Es di Pagaralam, Posisi Awan Cb yang Rendah
Indra mengatakan, hujan es di Pagaralam disebabkan adanya gumpalan awan konventif potensi hujan atau awan cumulonimbus (cb) yang posisinya rendah.
Penulis: Welly Hadinata
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Sripoku.com, Welly Hadinata
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Terjadinya hujan es di wilayah Pagaralam, bisa dikategorikan fenomena cuaca yang langka dan jarang terjadi di wilayah tropis.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kenten Palembang, terjadinya hujan es di wilayah Pagaralam, salah satu faktornya dipengaruhi musim hujan yang ekstrim.
"Hujan es di Pagaralam memang fenomena, namun bisa terjadi meskipun di wilayah tropis. Pagarlaman merupakan wilayah dataran tinggi yang memang berpotensi terjadinya fenomena hujan es," ujar Indra Purna, Kasi Observasi dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Jumat (26/8/2016).
Indra mengatakan, hujan es di Pagaralam disebabkan adanya gumpalan awan konventif potensi hujan atau awan cumulonimbus (cb) yang posisinya rendah.
Sehingga saat terjadinya hujan, air hujan yang beku belum sempat mencair dan turun dalam bentuk butiran batu es.
Hujan es biasanya belangsung sesaat dengan disertai guyuran hujan lebat, dengan suasana yang sangat dingin.
Hujan es bisa terjadi kapan saja, dikarenakan transisi musim sekaligus puncak musim hujan.
"Jadi gumpalan awan cb yang merupakan awan hujan itu berada posisi rendah di Pagaralam yang merupakan dataran tinggi. Saat ini wilayah Sumsel sekitar termasuk Pagaralam sudah masuk musim hujan yang persentasenya sudah 80 persen," ujarnya.
Indra mengatakan, intinya hujan es terjadinya disebabkan jarak antara awan dengan permukaan tanah rendah, sehingga semua es jatuh tak mencair dan terjadilah hujan es.
Terbentuknya awan penyebab hujan es, adanya proses pemanasan yang cukup tinggi, sehingga suplai uap air naik-turun dan membentuk kristal seperti es.
Awan cb yang mengandung uap air yang beku, dibawa arah angin ke tempat yang dataran lebih tinggi seiring mengikuti arah angin.
"Biasanya awan cb itu terdorong ke tempat yang tinggi sekali oleh udara yang sangat kuat. Setelah itu, awan cb tidak kuat menahan beban dan turun menjadi butir es di dataran tinggi seperti di wilayah Pagaralam," tambahnya.(*)