Demi Harta Berlipat, Ratusan Pengikut Dimas Kanjeng Sengsara Hidup di Tenda
Pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi banyak yang sakit tapi ogah memeriksakan kesehatan ke posko kesehatan. Mereka stres dan tak mau makan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Galih Lintartika
SURYA.CO.ID, PROBOLINGGO - Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mendirikan posko kesehatan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Senin (26/9/2016) siang.
Posko didirikan untuk memeriksa kesehatan para pengikut Dimas Kanjeng. Selama berbulan-bulan mereka bertahan di padepokan menunggu pencairan uang mahar yang diberikan untuk digandakan oleh Dimas Kanjeng.
Harapan mereka pupus setelah tahu Dimas Kanjeng ditangkap polisi dan dijadikan tersangka otak pembunuhan terhadap dua mantan pengikutnya.
Baca: Rekaman Video Dimas Kanjeng, Raja Probolinggo Pembantai Dua Orang Suruhannya
Dokter Puskesmas Gading Syamsul Bahri mengatakan respon masyarakat terhadap posko kesehatan ini sangat minim. Para pengikut Dimas Kanjeng cenderung bertahan di tenda dan meyakini kondisinya baik dan tidak sakit.
"Tadi sempat kami paksa dengan cara masuk ke masing-masing tenda. Hasilnya ada yang mau diperiksa dan ada yang tidak mau diperiksa," kata dia saat dihubungi.
Dari hasil yang mau diperiksa mayoritas kurang sehat. Ada yang menderita gatal-gatal, ada juga yang terserang diare. Bahkan ada pengikut yang kondisinya drop dan tekanan darahnya rendah.
"Dugaan sementara, mereka seperti itu karena pikiran mereka terlalu berat. Mereka stres memikirkan uangnya yang hilang dibawa Dimas Kanjeng, tapi tidak ditunjang dengan asupan makanan yang cukup. Makanya mereka ngedrop seperti ini," terang Syamsul.
Bagi pengikut yang sudah mengontrolkan kesehatannya di posko mendapat vitamin dan makanan yang cukup. Tim medis akan terus memantau kondisinya.
"Kami akan di sini sampai mereka mau pulang ke rumahnya masing - masing. Selagi mereka di sini, kami akan tetap disini. Bagi yang belum mau diperiksa, kami harap segera periksa. Toh ini tidak dipungut biaya," ungkap dia.
Heraji seorang pengikut Dimas Kanjeng asal Jakarta mengakui hal tersebut. Kondisinya memang sudah drop sejak dua minggu terakhir.
Ia mengaku jarang makan selama dua minggu karena uang persediannya sudah habis untuk hidup di padepokan. Ia meminimalisir pengeluarannya termasuk biaya makan.
"Terbukti toh tensi saya tadi sangat rendah. Kurang makan, dan pikiran stres memikirkan uang di Dimas Kanjeng," kata Heraji.