Produksi Tembakau Turun, Picu Impor Tembakau, Ini Gara-garanya
Produksi tembakau petani menurun, menyusul hujan yang mulai turun di banyak wilayah yang menjadi sentra tembakau.
Editor: Sugiyarto
Ini berarti, masih ada kebutuhan sekitar 175.000 ton tembakau. Dan ini yang oleh pemerintah akhirnya ditutup dengan mengimpor tembakau dari luar negeri, antara lain dari Amerika dan China.
"Tapi kalau musim kemarau dan kondisi cuaca panas. Produksi tembakau dalam negeri akan meningkat lagi," pungkas Soeseno kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo memperkirakan turunnya produksi tembakau akibat perubahan cuaca bisa mencapai 60 persen, dibandingkan jika kondisinya normal.
Biasanya, total produksi tembakau bisa sampai 200.000 ton per tahun. Tapi akibat dampak La Nina, produksinya turun menjadi hanya 80.000 ton.
"Padahal total kebutuhan tembakau industri rokok nasional setiap tahunnya mencapai 320.000 ton," terangnya.
Menyikapi hal itu, sejumlah pabrik mulai ancang-ancang untuk menaikkan jumlah impor tembakau. Selama ini, sekitar 37,5 persen kebutuhan tembakau memang masih dipenuhi dari impor.
Agar petani tidak bangkrut dan merugi, Budidoyo minta pemerintah memberikan insentif kepada petani tembakau. Bentuknya, mulai menyediaan bibit dan pupuk, hingga memberi permodalan.