Sempat Putus Asa Anak Meninggal, Abah Lutung Dirikan Rumah Cinta
Pendiri Rumah Anak Cinta Anak Kanker, Supendi Wijaya (44), bersyukur masih bisa membantu anak-anak penyintas kanker hingga sampai saat ini.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Pendiri Rumah Anak Cinta Anak Kanker, Supendi Wijaya (44), bersyukur masih bisa membantu anak-anak penyintas kanker hingga sampai saat ini.
Ia merasakan betul perjuangan anaknya yang sempat menjalani pengobatan kanker setelah akhirnya meninggal pada 2012. Segala hartanya ia jual untuk biaya pengobatan anaknya tersebut.
“Tadinya setelah anak meninggal itu, saya ingin memperbaiki hidup. Tapi waktu itu, orangtua yang sempat mengontrak serumah minta saya meneruskan kegiatan tersebut. Saya pikir-pikir, akhirnya saya
meneruskan perjuangan itu,” kata Supendi di Rumah Cinta Anak Kanker Bandung, Jalan Bijaksana Dalam No 11 RT 5/10, Pasteur, Sukajadi, Kota Bandung, Minggu (16/10/2016).
Baca: Cerita Anak Penyintas Kanker, Dari Tak Bisa Jalan Hingga Mampu Berteriak
Pria yang akrab disapa Abah Lutung ini bercerita, niatnya tersebut sempat ditentang istrinya yang
ingin memperbaiki hidup. Apalagi kondisi perekenomian keluarga terpuruk untuk pengoabtan anaknya.
Namun dengan keyakinan, Abah menjalani niat baiknya. Hingga akhirnya sang istri terpengaruh. Hal itu pula yang mengawali Abah mendirikan Rumah Cinta Anak Kanker.
“Ya akhirnya dijalani saja, sembari memperbaiki hidup. Selama setahun, istri saya akhirnya ikut terjun. Dia yang sekarang mengurus semuanya yang ada di rumah singgah,” kata Abah.
Abah sudah tiga kali menyewa rumah untuk tempat singgah anak-anak penyintas kanker yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikit.
Terakhir, ia menyewa rumah di Jalan Bijaksana nomor 11. Ia sengaja menyewa ruma di kawasan tersebut agar akses menuju rumah sakit lebih dekat.
“Pasien yang rawat inap di rumah sakit kalau butuh cuci dan makan bisa datang. Nanti kalau sudah tidak rawat inap bisa tinggal di rumah ini,” kata Abah yang namanya didapat dari ejekan Rizky.
Baca: Rumah Cinta Mengajarkan Anak Penyintas Kanker Lebih Optimistis
Dia selalu berpura-pura seperti kera ketika anaknya minta dibelikan jajan di luar. “Kalau diajak bercanda, pasti anak itu lupa. Makanya saya selalu berpura-pura seperti kera. Dibilangi anak saya seperti lutung,” Abah mengenang.
Abah mengatakan, biaya menyewa rumahnya memang bukan dari kocek sendiri. Anggaran sewa berasal dari donasi rekan-rekan dan pihak yang peduli terhadap anak penyintas kanker.
Ia tak pernah mengajukan proposal ataupun permohonan bantuan dana kepada pihak-pihak tertentu untuk membantu kegiatan. Setiap bantuan selalu saja berdatangan untuk membantu anak-anak yang berjuang melawan kanker tersebut.
"Penting bagi saya, apa yang dibutuhkan anak-anak pejuang di sini bisa terpenuhi. Tak perlu program mentereng seperti yayasan. Kalau mau, donatur juga bisa datang langsung ke sini memberikan bantuan langsung. Tidak perlu datang ke saya," ia mengimbau.
Abah sudah memiliki mobil ambulans pembrian seorang donatur yang enggan disebutkan namanya. Ia begitu terharu karena mobil ambulans sangat penting buat anak-anak penyintas kanker yang tinggal di rumah singgahnya.
"Sangat penting sekali terutama mengantar pasien pulang ke rumah bagi yang tidak punya uang dan juga kalau ada pasien yang meninggal. Orangtua sering merasa kesulitan memulangkan jenazah anaknya jika dinyatakan meninggal," kata Abah.