Jembatan Cinta Putus Tewaskan 8 Warga Bertepatan dengan Peringatan Nyepi Segara
Sejumlah korban tewas dan luka pascaputusnya Jembatan Kuning yang menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan Jembatan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA - Sejumlah korban tewas dan luka pascaputusnya Jembatan Kuning yang menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan Jembatan yang akrab disebut Jembatan Cinta, Minggu (16/10/2016) malam.
Saat ini seluruh jenazah disemayamkan di Puskesmas Nusa Penida II.
Korban didominasi umat Hindu yang sedang mengikuti upacara piodalan di Pura Bakung Ceningan (sebelah timur jembatan).
Diduga mereka menggunakan jembatan tersebut sehingga beban melebihi kapasitas dan menyebabkan tali sling terputus.
Sebelumnya, dua tali sling jembatan tersebut diketahui putus saat Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, meninjau, Rabu (12/8/2016).
Hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang masih melakukan evakuasi dan identifikasi terhadap korban-korban.
Keberadaan Jembatan Kuning dikenal dengan Jembatan Cinta dan selama ini berperan vital bagi mayarakat setempat.
Sejak dibangun pertama kali di era 90-an, jembatan ini kerap dijadikan wisatawan sebagai objek berfoto, hingga akhirnya menjadi ikon pariwisata di Pulau Lembongan dan Ceningan.
Kasus putusnya Jembatan Kuning yang menghubungkan Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan menggegerkan publik terutama, karma Bali, Minggu (16/10/2016) malam.
Apalagi, musibah itu memakan korban sebanyak 8 orang meninggal, 2 orang luka berat, dan 22 orang luka ringan.
Musibah ini terjadi tepat pada pelaksanaan tradisi Nyepi Segara.
Sejak pukul 06.00 Wita, warga di Nusa Penida menggelar tradisi Nyepi Segara.
Tidak seperti nyepi pada umumnya yang dilaksanakan di daratan, nyepi segara di Nusa Penida dilaksanakan di laut.
Selama 24 jam penuh, warga tidak boleh melakukan aktivitas di laut seperti menangkap ikan, memanen rumput laut, maupun aktivitas penyeberangan penumpang maupun barang di laut.
"Nyepi Segara ini adalah bentuk penghormatan kita terhadap alam. Selama ini laut adalah sumber kehidupan masyarakat disini, yang memberikan kelimpahan rezeki bagi masyarakat kami. Sehingga, sebagai umat manusia yang sangat tergantung dengan laut, kita laksanakan Nyepi Segara, yang tidak lain untuk menghaturkan puji syukur sebagai atas karuniaNya. Dengan cara membebaskan laut dari berbagai aktivitas manusia selama sehari penuh," jelas Mangku Nyoman Dunia di Pura Batumedawu.
Tradisi Nyepi Segara di Nusa Penida dilaksanakan setiap tahun, serangkaian upacara ngusaba di Pura Penataran Ped, di Desa Ped dan Pura Batumedawu, di Dusun Semaya, Desa Suana, Nusa Penida.
Biasanya, Nyepi Segara dilaksanakan setelah puncak Ngusaba yang jatuh pada Rahina Buda Paang.
Setelah 4 hari dari puncak karya, dilaksanakan Nyepi Segara yang merupakan rangkaian upacara pembersihan buana alit dan buana agung di segara.