Perjuangan Gadis Berkulit Putih Lindungi Keluarganya dari Penggusuran PT KAI
Mariam Bangun, warga pinggir rel kereta api di Jalan Timah, Medan Area, mengadang personel gabungan yang menggusur rumahnya, Rabu (26/10/2016).
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Mariam Bangun, warga pinggir rel kereta api di Jalan Timah, Medan Area, mengadang personel gabungan yang menggusur rumahnya, Rabu (26/10/2016).
Perempuan berkulit putih ini anak kedua Yeyen, janda tujuh anak perempuan yang tak sadarkan diri terjepit besi berukuran besar.
Polisi akan menggelandang Yeyen sekeluarga ke Polsek Medan Area lantaran mengadang petugas yang sedang menertibkan rumah di bantaran rel kereta api.
Sebelum orangtuanya pingsan, Mariam melawan sekaligus mengadang polisi maupun petugas PT KAI. Ia melempari polisi menggunakan tanah serta benda-benda kecil.
Mariam tak ciut memukul polisi bersenjata laras panjang. Ia sempat mendorong serta memegang-megang senjata milik petugas.
"Bapak pikir, aku takut melihat kalian membawa senjata? Kalian sekolah tinggi-tinggi namun mengapa senang mengusur masyarakat kecil?" teriak Mariam di hadapan wajah petugas.
Dalam kondisi terpojok dan terancam tak punya rumah, Mariam berani melawan polisi. Apalagi, ayahnya sudah empat tahun meninggal.
"Cemana aku enggak berani, bang. Bapakku sudah meninggal dunia, adik banyak masih kecil-kecil. Sedangkan, rumah kami digusur. Kami enggak tahu tinggal di mana lagi ini," keluh dia.