70 Tahun Lamanya Proyektil Peluru Tentara Belanda Bersarang di Dada Ardan Abdurrahman
Yang paling membekas adalah perang di Palembang, dimana lengan kiri sang ayah ditembaki kolonial Belanda di Pelabuhan Boom Baru.
Penulis: Welly Hadinata
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Kehadiran Ardan Abdurrahman YS, salah satu pejuang perang 5 hari 5 malam di Palembang ke ruang Parameswara Pemkot Palembang, Kamis (10/11/2016) cukup menarik perhatian banyak orang.
Dengan menggunakan kursi roda, veteran berusia 90 tahun ini diantar putranya, Letnan 1 CBA A. S Monaco WD menghadiri acara ramah tamah dan pemberian santunan yang dihadiri seluruh legiun veteran angkatan 45.
Tak banyak yang diucapkan pria kelahiran Campang Tiga, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, 17 Mei 1929 ini.
Sorot matanya pun sesekali mengerjap untuk mempertajam penglihatan.
Jika ingin berbicara dengannya pun harus cukup keras di dekat telinganya.
Saat Wakil Wali Kota Palembang, Fitrianti Agustinda meneriakkan kata merdeka, ia pun langsung mengikuti dengan suara parau sembari mengepalkan tangan keriputnya.
Sang anak, Monaco merupakan putra kedelapan dari 10 bersaudara.
Jiwa patriot diwarisi sang ayah, hingga saat ini ia bertugas di Pangdam II Sriwijaya.
"Ayah dulu pernah bertugas di Surabaya, Jawa Tengah, Bandung, Jakarta termasuk perang 5 hari 5 malam di Palembang," ujarnya.
Namun yang paling membekas adalah perang di Palembang, dimana lengan kiri sang ayah ditembaki kolonial Belanda di Pelabuhan Boom Baru.
Hingga saat ini proyektil peluru tersebut masih bersarang di dada.
"Kurang lebih 70 tahun ayah menahan nyeri. Karena proyektil peluru tersebut tidak bisa diangkat. Dikhawatirkan mengancam keselamatan beliau karena letaknya persis di dekat jantung," ujarnya.
Karena itulah, kedua tangan Ardan Abdurrahman tidak bisa sama diluruskan.
Menurut Monaco, ada kalanya saat cuaca dingin dada ayahnya nyeri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.