Banjir Bandang di Bandung, Cermin Sifat Tamak dan Rakus Manusia yang Memicu Bencana
Jalan di kota ini, termasuk Tol Padalarang-Cileunyi, yang dibangun di Bandung timur posisinya melintang dengan 47 alur sungai.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Bencana banjir di Cekungan Bandung merupakan dampak kerakusan manusia membangun di lahan yang tak sesuai peruntukan.
Posisi Kota Bandung semestinya tak banjir sebab memiliki kontur miring yang bisa membuang air hujan ke 47 sungai yang melewati kota ini.
Namun, kota seluas 16.700 hektar ini selalu banjir apabila diguyur hujan.
”Selain drainasenya sangat buruk, juga infrastruktur yang dibangun tidak selaras dengan infrastruktur alam. Padahal, lahan Kota Bandung miring ke selatan 10-15 derajat,” kata Ketua Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardiono Sobirin, Senin (14/11/2016).
Jalan di kota ini, termasuk Tol Padalarang-Cileunyi, yang dibangun di Bandung timur posisinya melintang dengan 47 alur sungai.
EVAKUASI - Petugas mengevakuasi mobil Toyota Avanza nopol D 1599 QI di Sungai Citepus, Rt 09 RW 04, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Kamis (10/11/2016). Mobil tersebut sehari sebelumnya, Rabu (9/11/2016) sore, terseret banjir di Jalan Pagarsih hingga masuk Sungai Citepus dan terbawa arus sungai hingga lebih dari satu kilometer. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Karena melintang, infrastruktur, termasuk jembatan dan drainase yang ada, malah berfungsi sebagai tanggul air.
Total luas Cekungan Bandung sekitar 350.000 hektar.
Dengan kemiringan lahan yang ada dan curah hujan yang tinggi, kawasan ini memerlukan lingkungan hijau 250.000 hektar, dan 100.000 hektar di antaranya merupakan kawasan basah penampung air.
”Faktanya, lingkungan hijau atau hutan konservasi yang dikelola pemerintah hanya 100.000 hektar. Dari luasan ini, lebih dari setengahnya rusak akibat penjarahan, kerusakan, dan lain-lain,” ujar Sobirin.
Selebihnya, yakni 150.000 hektar, merupakan lahan milik masyarakat yang diincar investor.
Khusus lingkungan hijau di Kawasan Bandung Utara (KBU) seluas lebih dari 38.000 hektar yang masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung, kini 80 persen sudah berubah menjadi hutan beton.
Kendaraan bermotor melintasi banjir yang menggenangi badan jalan di perempatan Jalan Soekarno Hatta - Jalan Rumahsakit, Kota Bandung, Rabu (2/11/2016). Banjir setinggi lutut orang dewasa tersebut merendam ruas Jalan Soekarno Hatta dari arah Buahbatu menuju Cibiru. Akibatnya arus kendaraan tersendat hingga menyebabkan kemacetan cukup panjang. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Banyak pihak mengubah kawasan ini jadi bangunan dan tak peduli terhadap dampak lingkungan di daerah bawahnya.
”Mereka lebih tepat disebut orang-orang rakus karena tak pernah puas sampai harus membangun kawasan komersial di lahan yang tidak sesuai peruntukannya,” ujar Taufan Suranto, praktisi lingkungan dari DPKLTS.
Selain itu, kawasan Bandung Utara semestinya menjadi kawasan strategis provinsi sehingga setiap pembangunan di kawasan itu harus ada campur tangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.