Panglima TNI Beberkan 6 Ancaman terhadap Indonesia
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, Indonesia sebagai negara sangat strategis. Sudah ada enam ancaman asing terhadap Indonesia.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, Indonesia sebagai negara sangat strategis, memiliki garis pantai terpanjang setelah Kanada.
Menurut dia saat ini sudah ada enam ancaman asing yang mencoba merongrong kedaulatan NKRI. Pertama, di selatan Maluku ada Pulau Saumlaki, Pulau Selaru, dan Pulau Masela.
Lokasi pulau-pulau ini hanya 400 kilometer dari Darwin, Australia. Di selatannya tiga pulau itu ada Blok Masela yang memiliki kandungan gas dan minyak di bawah permukaan air laut.
"Ini jadi perhatian kita karena sebelumnya kita kalah Perang Proxi hingga akhirnya Timor Timur lepas dari Indonesia. Di Darwin sudah ada 1500 sampai 2500 personel US Marine. Untuk apa itu?" kata Gatot di Aula Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (23/11/2016).
Kedua, ada pelanggaran zona ekonomi eksklusif di Pulau Natuna yang dilakukan Tiongkok. Setidaknya tiga kali kapal penangkap ikan berbendera Tiongkok masuk ke wilayah ZEE Pulau Natuna.
"Tiga kali kejadian itu kita tangkap dan tiga kapal itu dikawal kapal coastguard," sambung Gatot.
Filipina juga mengalami hal sama, dan sudah mengajukan pengadilan internasional. Pada 12 juli 2015 pengadilan ineternasinal menolak klaim Tiongkok.
"Sehari setelah itu Presiden Cina tidak mengakui hasil hukum itu. Menlunya menetapkan zona pertahanan udara, jadi seluruh pesawat harus izin kalau tidak ditembak," kata Gatot.
Ketiga, Indonesia dikepung kekuatan yang disebut Five Power Defence Arrangement (FPDA). Kekuatan milter yang terdiri dari negara-negara bekas persemakmuran Inggris.
Mereka pun sudah latihan bersama lima dengan melibatkan 3 ribu personel, 71 pesawat tempur, 11 kapal tempur, dan kapan selam.
"Kita sudah dikepung dari mana-mana," kata Gatot.
Keempat, ancaman terorisme. Terorisme di Indonesia memperoleh tempat yang indah, aman, dan nyaman karena ditindak setelah berbuat. Di Singapura teroris tidak tenang karena langsung ditangkap ketika baru berencana.
Kelima, Indonesia mulai dihujani narkoba jenis sabu. Sama halnya ketika Tiongkok kalah pada Perang Candu ketika melawan Inggris.
Masyarakat sampai militer Tiongkok menjadi pecandu sehingga kalah dalam perang itu. Saat ini Indonesia mulai mengalami Perang Candu meski bentuknya narkoba.
"Penyitaan sabu BNN pada 2013 542,6 kilogram. Pada 2014 ada 1,1 ton. Pada 2015 ada 4,5 ton. Sementara 1 ton sabu itu dikonsumsi 2,5 juta orang. Artinya pada 2015 ada 22 juta konsumen di Indonesia. Ini memang disiapkan agar kita jadi genetrasi oon, yang mudah ditipu," kata Gatot.
Terakhir, persaingan ekonomi. Bonus demografi Indonesia memiliki banyak usia produktif yang dapat melahirkan kesenjangan sosial. Hal itu dipengaruhi jika tidak pendidikan minim, peluang kerja kecil, dan ekonomi memburuk.
"Kalau tidak terpenuhi, pengangguran banyak, ekonomi dan produktivitas sulit, kesenjangan terasa," sambung Gatot.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.