Siswa SD di Surabaya Mendapat Vaksin Kanker Serviks Mulai 2017, Ini Tujuannya
Mulai 2017, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya memberikan vaksin kepada siswa kelas 5 SD sebagai upaya mencegah kanker mulut rahim.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Sulvi Sofiana
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya mencegah kanker serviks dengan memberikan vaksi kepada siswa kelas 9 sekolah menengah pertama.
Namun, mulai 2017 sasaran pencegahan dengan memberikan vaksin dilakukan kepada siswa kelas 5 sekolah dasar.
Kepala Dinkes Surabaya, dr Febria Rachmanita, mengungkapkan kanker serviks atau kanker mulut rahim bukanlah penyakit keturunan dan terjadi akibat infeksi dari Human Papillomavirus (HPV).
Virus ini dapat menginfeksi sel epitel kulit dan selaput lendir, seperti pada alat kelamin dan mulut.
“Pertimbangannya usia ideal vaksin ini untuk 9-14 tahun. Tetapi kami ambil anak usia 10-11 tahun untuk diberikan vaksin HPV. Makanya agar lebih tepat sasaran kami berikan pada anak SD,” jelas Febria ketika dikonfirmasi Surya.co.id pada Sabtu (26/11/2016).
Ia melanjutkan, jika dibiarkan HPV dapat berkembang menjadi kanker. Sayangnya, infeksi HPV pada seseorang tidak menimbulkan gejala tertentu. Kalau pun ada biasanya hanya berupa kutil pada kulit atau alat kelamin.
Pemberian vaksin ini akan dilakukan selama dua kali dengan jarak 6 bulan. Sehingga saat siswa lulus SD. Vaksin telah tuntas diberikan.
Selain vaksin HPV, siswa SD juga telah menerima imunisasi DT (Difteri Tetanus) dan TT (Tetanus Toxoid). “Pemberian vaksin ini 70 persen dapat mencegah terjadinya kanker serviks,” tambah dia.
Kepala Dindik Kota Surabaya, Ikhsan, mengungkapkan pemberian vaksin ini sebagai upaya pencegahan meningkatnya penderita kanker serviks.
Pembiayaan vaksin ini sepenuhnya ditanggung Pemkot Surabaya. Sayangnya pemberian vaksin ini masih terbatas pada siswa di sekolah negeri.
“Vaksinnya cukup mahal, tetapi kami tetap meminta izin orangtua. Dananya terbatas juga, kami akan usahakan bisa diberikan ke seluruh siswa SD,” terang Ikhsan.
Hal ini cukup diapresiasi oleh Kepala Dinkes Jatim, dr Kohar Hari Santoso. Menurut dia baru Surabaya yang menerapkan vaksin gratis bagi siswa SD.
Harga vaksin yang mahal memang menjadi faktor tidak semua daerah menerapkan vaksin HPV secara gratis.