Jawa Timur Jadi Andalan Peternakan Nasional
Jawa Timur merupakan gudang ternak dan penyedia bagi mayoritas produksi ternak tingkat nasional. Jatim juga menjadi lumbung pertanian.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Sany Eka Putri
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Jawa Timur merupakan gudang ternak dan penyedia bagi mayoritas produksi ternak tingkat nasional. Jatim juga menjadi lumbung pertanian.
Mayoritas lahan pertanian di Jatim ditanami padi dan memberikan ketersediaan limbah pertanian cukup melimpah. Limbah pertanian itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ternak dan usaha peternakan.
Wakil Tim Ahli Master Plan Kawasan Peternakan dari Universitas Brawijaya (UB), Dr Ir Sucik Maylinda MS mengatakan saat ini sektor peternakan termasuk sektor andalan dan tumpuan dalam percepatan pembangunan wilayah di Jatim.
Namun, mayoritas usaha peternakan di Jatim ini masih usaha peternakan rakyat (subsisten) atau peternak kecil. Rata-rata kepemilikan skala usaha ternak berkisar antara 1-5 ekor ternak.
“Usaha peternakan rakyat ini memiliki karakteristik, seperti keterbatasan lahan, keterbatasan modal, dan sistem beternak yang masih sangat sederhana. Bahkan dilakukan di rumah tangga hanya sebagai usaha sampingan. Ini yang perlu kami tindak untuk mewujudkan swasembada protein di 2019,” kata Sucik dalam pemaparan Rapat Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Provinsi Jatim di Hotel Aria Gajayana, Jumat (9/10/2016).
Hal ini menjadi tantangan serta perlu keseriusan dari berbagai pihak. Makanya perlu terobosan untuk mengembangkan kawasan komoditas unggulan ternak lain selain sapi potong dan sapi perah. Ternak kerbau, kambing, domba, ayam buras, dan itik bisa mendukung ketersediaan daging, susu, dan telur.
Pembangunan kawasan peternakan perlu perencanana matang. Ada beberapa kawasan di Jatim yang darurat permasalahan hewan ternak, seperti kawasan beresiko penyakit menular di Kota Malang, Banyuwangi, Sumenep, Pasuruan, Kota/Kab Blitar, dan beberapa kota lainnya.
Sementara itu, Biro Perencaan Kementerian Pertanian, Ahmad Fuadi mengatakan perlu mengatur struktur dan pola ruang untuk menetapkan kawasan budidaya provinsi serta menyusun arahan pemanfaatan kawasan peternakan.
Hal ini untuk mewujudkan sumber daya berdasar kelayakan teknis, sosial ekonomis, dan lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Jatim memiliki kemampuan cukup besar memasok ternak, baik untuk Jatim sendiri atau luar Jatim. Sekitar 62 persen lebih merupakan daerah unggulan dan potensial, dan sisanya adalah daerah berkembang yang berpeluang dikembangkan mengingat potensi biomasa pakan masih tinggi,” kata Fuadi.
Meskipun hanya 51 persen dari jumlah daerah yang mempunyai LQ > 1, tetapi bisa diperbaiki di beberapa aspek. Seperti, pengendalian penyakit hewan menular strategis (PHMS), perbaikan manajemen pemeliharaan untuk memperbaiki reproduksi ternak, dan penggunaan rekording produksi dan reproduksi ternak.
Dia menyebutkan daerah semula daerah pemeliharaan ternak untuk komoditas tertentu, perlu dipertahankan seperti Malang Raya untuk daerah sapi perah. Lalu Bangkalan, Sumenep, Pamekasan dan Sampang untuk sapi potong. Ngawi, Jember untuk kerbau.