Tiga Hari Dagangan Sepi, Penjual Roti Keliling Ini Mendapat Rezeki tak Terduga
Gerakan atau seruan boikot Sari Roti pun bertebaran di media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya.
Editor: Wahid Nurdin
Anaknya masih sekolah dan ada biaya kontrak rumah yang nilainya cukup lumayan buat beliau.
Pagi ini beliau curhat, sudah 3 hari jualannya tidak laku.
"Pada mboikot mas ndak mikirin orang kecil kayak saya ini harus makan. Seenaknya aja mentang-mentang pada demo. Saya yang pusing sekarang. Anak istri mau dikasi makan apa. Cari uang udah susah malah ditambah susah..."
Saya langsung beli lebih banyak. Saya juga punya keluarga dan tau rasanya kalau tidak bisa makan, pengalaman jaman muda dahulu.
Saya memang tidak ikut boikot karena menurut saya menggelikan.
Dibalik perusahaan Sari Roti tersebut banyak sekali pak Thurmuzi pak Thurmuzi lainnya yang bergantung dari berjualan roti merk tersebut.
Anda mungkin bisa berkata, "Kan tinggal berjualan roti lain"
Gampang dan enak ya bilangnya.
Kenyataannya masyarakat seperti pak Thurmuzi tersebut sulit sekali mencari pekerjaan dan yang lebih mampu harusnya malah membantu mereka.
Ijazah belum tentu punya, faktor umur dan segudang faktor penghambat lainnya sering membuat mereka sulit dalam urusan mencari pekerjaan.
Belum lagi kalau mengingat pekerja-pekerja di pabrik yang juga menggantungkan hidupnya dari roti tersebut.
Mohon anda-anda semua wahai para pemboikot yang merasa hidupnya sudah sangat suci sehingga tidak mungkin salah memikirkan saudara-saudara sebangsa kita ini juga.
Kebencian yang sudah akut sampai tidak menggunakan akal sehat ini sudah kelewatan.
Akal sehat yang diberikan Allah SWT sudah tidak dipakai, hanya kebencian yang dipakai.