GKJ Purwokerto Bikin Pohon Natal dari Ikatan Sapu Lidi, Simbol Keberagaman dan Perdamaian
Prihatin atas menghangatnya isu SARA belakangan ini, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto memiliki cara khusus untuk merekatkan keberagaman.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Prihatin atas menghangatnya isu SARA belakangan ini, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto memiliki cara khusus untuk merekatkan keberagaman.
Pendeta Daniel Agus Haryanto menyebut Natal menjadi momentum yang tepat untuk merajut benang perdamaian.
Unjuk perasaan itu disampaikan melalui pembuatan pohon Natal yang terbuat dari sapu lidi.
"Banyak peristiwa yang membuat saya prihatin atas kondisi bangsa. Saya lalu berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk bangsa ini agar NKRI terjaga. Saat itu saya sedang menyapu pakai sapu lidi sehingga terbitlah gagasan membuat pohon natal dari lidi," katanya, Jumat (23/12/2016).
Kerangka pohon setinggi 5 meter berdiameter 1,5 meter ini berbahan bambu.
Kemudian dilapisi 600 ikat sapu lidi yang memenuhi tubuh pohon.
GKJ Purwokerto sengaja tak memberi banyak hiasan atau aksesori pada fisik pohon agar unsur lidi tetap menonjol.
Daniel meyakini sapu lidi memiliki filosofi yang dibutuhkan dalam kehidupan umat beragama.
Sapu ini alat bersih-bersih sebagai simbol yang mampu menyapu segala macam kotoran berupa kebencian, kedengkian, dan sentimen SARA.
Sapu lidi dalam keadaan terikat, berarti saling menguatkan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang sama.
"Melalui simbol sapu lidi, yuk kita bersihkan kotoran-kotoran kebencian yang bisa mengancam keutuhan NKRI," tuturnya
Daniel berencana mengundang wakil tokoh masing-masing agama dalam prosesi pelepasan sapu lidi dari pohon Natal.
Ia akan membagikannya sebagai wujud komitmen bersama membersihkan kotoran di lingkungan masing-masing demi menjaga keutuhan NKRI. (*)