Wow, Seniman Mojokerto Ini Sulap Limbah Jadi Miniatur Kapal
Di halaman rumah dan ruang tamu berserakan perkakas untuk membuat miniatur kapal. Di meja tamu, produk miniatur kapal dalam botol terpampang rapi
Editor: Sugiyarto
Menjadi perajin miniatur kapal dalam botol adalah pilihan hidup Klinem Suharto. Namun tak ingin sekadar membuat miniatur kapal saja, dia memelopori limbah tak berguna sebagai bahan miniatur kapal dalam botol di Mojokerto.
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Rumah Klinem Suharto yang ada di perkampungan Jl Blooto Gang Swadaya Kota Mojokerto itu tampak sederhana.
Di halaman rumah dan ruang tamu berserakan perkakas untuk membuat miniatur kapal.
Di meja tamu, produk miniatur kapal dalam botol terpampang rapi dan siap dijual.
Klinem telah menjadi perajin miniatur kapal dalam botol selama 16 tahun. Dia awalnya tak menyangka bahwa hidupnya akan berkutat dengan kapal-kapal kecil.
Lahir di Jogjakarta, dia memilih bekerja sebagai sopir antar jemput di Tangerang pada 1990-an.
Lalu pada 1995-an, dia mendapat tawaran kerja dari Sanggar Seni Bahari Tradisional Kota Mojokerto untuk menjaga pameran miniatur kapal di Maliaboro Mall Jogjakarta.
"Di sinilah saya mulai tertarik belajar membuat miniatur kapal. Saya lalu bekerja di Sanggar Seni Bahari dan paham bagaimana membuat miniatur kapal itu," tuturnya kepada Surya, Senin (2/1/2017).
Selama bekerja di sana selama lima tahun, Klinem mengerti betul miniatur kapal. Namun untuk membuat miniatur kapal dalam botol, dia harus mengutak-atik dan menciptakan alat berupa penjepit dari bambu, sehingga miniatur kapal bisa masuk ke botol.
Setelah ilmu yang dimiliki cukup, dia pun memutuskan membuat sendiri kerajinan ini. Sedikit demi sedikit, dia menciptakan beberapa jenis miniatur kapal, mulai dari Titanic, Dewaruci, Esmeralda, Antokan, Phinisi, dan Coast Guard.
Kapal terkecil yang dibuatnya adalah Phinisi sepanjang 9 cm dan tinggi 6 cm.
Sedangkan kapal terbesar yang pernah dibuatnya adalah kapal majapahit sepanjang 33 cm dan tinggi 28 cm.
Klinem Suharto menunjukkan miniatur kapal dalam botol yang dia buat dari limbah
"Kalau yang kapal majapahit itu memang yang memesan dari Sanggar Seni Bahari. Bahannya dari sanggar itu, dan saya tinggal menggarapnya," kata pria kelahiran 27 Maret 1971 ini.
Karena kapal majapahit itu besar, maka botol yang dipakai wadah juga harus besar. Makanya, dia hanya menyiapkan tiga botol kaca besar untuk membuat miniatur kapal itu.
"Ini adalah kapal terbesar dan tersulit yang saya buat dan belum ada di Mojokerto. Untuk satu kapal ini saya buat dalam waktu sebulan."
"Namun dari tiga miniatur itu, hanya dua yang selesai karena ada satu botol yang pecah. Satu miniatur kapal sudah dibeli Kapolres Mojokerto Kota dan satunya masih di sanggar itu. Saya penasaran ingin membuatnya lagi," terang ayah dua anak ini.
Selama 16 tahun menjadi perajin miniatur kapal dalam botol, Klinem sudah menciptakan ratusan buah miniatur. Rata-rata, dalam sehari dia bisa menciptakan satu buah kapal dalam botol.
Tak hanya itu, agar biaya produksi lebih murah, dia mulai berinovasi dengan menggunakan bahan bekas seperti bungkus plastik camilan hingga spon bekas sandal.
Begitu pula dengan botol untuk wadah miniatur kapal, dia biasa membeli dari pengepul barang bekas.
Botol bekas yang digunakan adalah botol minuman keras, botol madu, dan botol infus. Begitu pula dengan bahan kapal, dia memakai limbah kayu dari pengepul.
"Saya memang mengembangkan miniatur kapal dari limbah tak terpakai. Seperti bungkus camilan itu untuk layar kapal dan spon bekas sandal untuk perekat kapal dengan botol," urainya.
Bagaimanapun, miniatur kapal dalam botol yang digarap dengan bahan tak terpakai, membuat hasil kerajinannya cukup diminati konsumen.
Dengan harga termurah Rp 50 ribu untuk jenis kapal phinisi hingga Rp 200 ribu untuk jenis kapal titanic, banyak konsumen yang beli dari luar Jatim. Itu seperti dari Bali, Banten, Jogjakarta, hingga Sulsel.
"Kalau yang dari Mojokerto sendiri, biasanya pesan untuk cenderamata. Yang pesan ada dari Pemkot Mojokerto dan sesama perajin kapal," pungkasnya.