Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Satu Abad Tahu Sumedang, Dulu Makanan Kalangan Terbatas Sekarang Jadi Kebanggaan Warga Sumedang

Bungkeng sendiri sudah meninggal dunia 1994 dan usaha Tahu itu diteruskan oleh anaknya Bah Ukim yang kemudian kini dikelola oleh Suryadi,

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Satu Abad Tahu Sumedang, Dulu Makanan Kalangan Terbatas Sekarang Jadi Kebanggaan Warga Sumedang
Tribun Jabar/Deddi Rustandi
Keluarga Ong Bungkeng, perintis tahu sumedang 

Pegawai tahu Bungkeng datang silih berganti. “Tak sedikit pegawai tahu Bungkeng dulu dibajak temannya yang berasal dari etnis Cina. Diajak buka usaha membuat tahu Sumedang,” katanya.

Ia menyebutkan beberapa pengusaha tahu Sumedang yang masih bertahan tapi tak sedikit keturunnya tak melenjutkan usaha tahu Sumedang.

“Dulunya dagang tahu kemudian dagang barang lainnya dan usah atahu ditinggalkan. Seperti Aniw, dulu dagang tahu tapi sekarang hanya jualan barang elektronik,” katanya.

Suryadi menyebutkan dari cerita bapak dan kakeknya, Ong Bungkeng, sekitar tahun 1950-an Tahu Sumedang makin berkembang dan banyak yang menyukainya.

"Saat itu sempat berdiri perkumpulan produsen Tahu yang dikelola olah orang pribumi dengan nama Tahu Persatoean dan beralamat di Situraja. Pendirinya pegawai tahu Bungkeng, Pak Suhatma,” kisah Suryadi.

Sementara Tahu Bungkeng sendiri makin melesat dan terkenal bahkan sejak pengelolaan dengan cara yang modern awal 1970-an.

Batu penekan giligan kedelai sebagai bahan baku tahu sudah diganti menjadi mesin penggilingan. Begitu juga dengan pengorengannya yang tadinya memakai kayu bakar diganti memakai kompor minyak tanah dan belakang dengan menggunakan kompor gas.

Berita Rekomendasi

Tahu Sumedang memang sangat khas dan sulit untuk ditiru oleh daerah lain selain Sumedang. Jangankan oleh bukan daerah Sumedang, di Sumedang saja hanya beberapa daerah saja yang cocok airnya untuk membuat tahu selezat dan segurih tahu Sumedang ini.

Bahkan ada juga beberapa pengusaha yang membuka pabrik diluar Sumedang itu terpaksa mengambil air dari Sumedang dengan membawanya memakai drum. Air yang cocok untuk membuat tahu Sumedang itu hanya untuk wilayah perbatasan Tanjungsari sampai Cimalaka saja. Diluar itu jangan harap rasa dan kelezatan Tahu itu akan sama seperti di daerah antara Tanjungsari sampai Cimalaka.

“Tahu sumedang itu dibuat dengan komposisi 70 persen air. Memang kandungan air yang ada di Sumedang yang membedakan hasil tahu itu. setiap daerah punya kemandirian kandunagn air,” kata Suryadi.

Walaupun bahan baku tahu itu sama dan hanya kedelai tetapi setiap pabrik dan pengusaha tahu mempunyai resep yang berbeda-beda dan merupakan rahasia perusahaan. Kalau tidak percaya silahkan Anda bandingkan rasa Tahu antara pengusaha Tahu itu.

“Memang kami punya resep mandiri dan berbeda dengan pengusaha yang lain. Tetapi gambaran secara umum, kelezatan tahu itu tergantung dari kualitas kedelai sebagai bahan bakunya. Selaian itu koki yang mengolah tahu juga punya peran,” ujarnya.

Selain itu, sambungnya, cuka atau bibit tahu/ragi yang dipakai juga menentukan. Ragi ini diambil dari air yang keluar dari pengepresan kedelai.

Tahu Sumedang yang dirintis Bungkeng 1917 itu kini menjadi ciri khas Sumedang. Saat ini tercatat lebih dari 400 pengusaha tahu yang memperkerjakan ratusan bahkan ribuan orang.

Bukan hanya yang mengolah tahu tapi juga yang menggoreng sampai menjajakan dan pedagang tahu Sumedang di kios-kios kecil pinggir jalan sampai asongan di bus.

Bahkan saat lebaran, rata-rata setiap hari bisa terjual tahu Sumedng diatas 2 juta biji.
Sementara harga tahu sumedang bervariasi Rp 500-600 per bijinya. Sehingga secara kasar omzet tahu hampir Rp 1 miliar per hari. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas