Bayi Berusia 2 Bulan Bertahan Hidup dalam Dekapan Kakeknya yang Tewas Tertimbun Longsor
Seorang bayi berusia dua bulan selamat setelah tertimbun empat jam dalam bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Sukawana, Kintamani.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Seorang bayi berusia dua bulan selamat setelah tertimbun empat jam dalam bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli, Bali, Jumat (10/2/2017) pukul 01.00 Wita.
Sang bayi bertahan hidup dalam dekapan kakeknya yang sudah tak bernyawa.
Jumat dinihari kemarin, tanah longsor menerjang tiga desa di Kintamani.
Selain Desa Sukawana, tanah longsor terjadi di Desa Songan B yang menimbun lima rumah warga serta di Desa Awan yang menimbun satu rumah warga.
Total 12 orang meninggal dunia, tiga orang luka berat, dan dua orang luka ringan.
Tujuh korban meninggal dunia di Desa Songan B yakni ibu dan dua orang anaknya Jro Balian Resmi (33), Jro Balian Kadek Sriasih (7), dan Komang Agus Putra Santi (1).
Satu keluarga lain yakni pasangan suami istri dan anaknya yakni I Gede Sentana (40), Luh Bunga (40), Kadek (20), serta seorang warga lain Ni Luh Susun (40).
Sedang empat korban tewas di Desa Awan yakni ibu dan anak NI Kadek Arini (27) dan Ni Putu Natalia (10), serta dua kerabatnya Nengah Parmini (40) dan I Nyoman Budiarta (45).
Keduanya berasal dari Desa Suter yang kebetulan menginap di rumah tersebut.
Sementara di Desa Sukawana longsor menimpa satu rumah mengakibatkan satu penghuninya tewas yakni I Made Kawi (50).
Anak korban I Wayan Selang (19) mengalami luka berat dan tadi malam dirujuk dari RSUD Bangli ke RSUP Sanglah.
Cucu korban, sang bayi yang baru berusia dua bulan selamat dari peristiwa maut tersebut.
Menurut penuturan anak korban yang selamat, I Ketut Arya (22), tanah longsor terjadi saat ayahnya, Made Kawi, ibunya Wayan Suwari, adiknya Wayang Selang, dan keponakannya tengah tidur pulas.
Sedang Arya tidak ada di rumah saat peristiwa nahas itu.
Baca: Bachtiar Nasir: Uang di Saya Cuma Rp 3 Miliar, Belum Terpakai Semua
Ia baru pulang ke rumah setelah rumahnya tertimbun longsoran tebing.
Pria yang berprofesi sebagai sopir ini langsung mencari keberadaan keluarganya.
Lumpur tanah dan puing-puing bangunan disingkirkannya menggunakan tangan kosong.
Keringat, air mata, serta tetesan hujan bercampur jadi satu.
Namun upayanya tersebut tidak membuahkan hasil, sanak saudaranya tidak ditemukan.
Tidak berselang lama, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli, TNI, dan pihak kepolisian datang ke lokasi.
Mereka pun tidak menemukan keluarga Arya.
Namun setelah hampir empat jam, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari dalam timbunan reruntuhan.
Ternyata keponakannya yang masih berumur dua bulan masih hidup.
Saat petugas menggali tepat di atas sumber tangisan, petugas menemukan bayi tersebut berada dalam dekapan kakeknya, Made Kawi, yang telah meninggal.
Di dekat bayi tersebut juga ditemukan tubuh Wayan Selang yang mengalami patah tulang pinggang, serta Suwari yang hanya mengalami luka lecet.
Sementara bayi tersebut mengalami sesak napas, karena menghirup lumpur yang menimbun rumah mereka.
Pantauan Tribun Bali di RSUD Bangli, bayi dua bulan tersebut tidak henti-henti menangis.
Ia tidak kuasa menahan sesak napas yang dialaminya.
Saat dokter menyedot lumpur di paru-parunya, lumpur yang keluar relatif banyak.
Keadaannya semakin memperihatinkan, karena tidak ada keluarga yang menemaninya di RSUD.
Berdasarkan informasi, bayi tersebut telah ditelantarkan ayah-ibunya.
Selama ini ia hanya tinggal bersama kakek, nenek, dan pamannya.
Menjelang sore, bayi yang belum memiliki nama ini dirujuk ke RSUP Sanglah bersama pamannya, Wayan Selang.
Tampak Arya turut mengantar dan menemani adik dan ponakannya di ruang IGD RSUP Sanglah, tadi malam.
Arya mengatakan sudah memiliki firasat sebelum bencana tanah longsor terjadi.
Saat hujan disertai angin mengguyur desanya selama tiga hari berturut-turut, ia sudah mengingatkan ayahnya untuk pindah sementara di rumah keluarga yang lebih aman.
"Firasat saya sudah tidak enak saat hujan campur angin yang terjadi di desa saya. Saya juga sudah mengajak ayah saya untuk pindah sementara di rumah keluarga di desa sebelah. Namun, beliau menolaknya karena masih ingin berkumpul sama keluarga di rumah sendiri," ungkapnya.
Arya berharap adik dan keponakannya segera pulih.
Ia juga berharap kepada pemerintah dan masyarakat segera memberikan bantuan kepada semua korban tanah longsor.