Isak Tangis Mewarnai Prosesi Pemindahan Makam Ibrahim Tan Malaka dari Kediri ke Limapuluh Kota
Hujan tangis mewarnai prosesi adat pemindahan makam Pahlawan Kemerdekaan Nasional Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Surya, Didik Mashudi
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Hujan tangis mewarnai prosesi adat pemindahan makam Pahlawan Kemerdekaan Nasional Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Acara ini berlangsung di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa (21/2/2017).
Para undangan tak kuasa menahan tangis saat Hengky Novaron Tan Malaka, ahli waris Tan Malaka membacakan riwayat singkat almarhum.
Disebutkan almarhum meninggal karena dieksekusi kawan seperjuangan akibat perbedaan pandangan.
Tangis pun pecah saat undangan yang berjumlah ratusan memenuhi areal pemakaman umum Desa Selopanggung.
Banyak undangan yang terisak-isak hingga mengucurkan air mata.
Pemindahan makam Tan Malaka ini hanya berlangsung secara simbolis.
Tetua adat hanya mengambil sampel tanah dari kuburannya untuk dibawa ke tanah kelahirannya Kabupaten Limapuluh Kota.
Prosesi selanjutnya, tanah dari pusara Tan Malaka kemudian dibungkus kain kafan. Tanah itu kemudian dimasukkan ke dalam peti besi yang diselimuti dengan bendera merah putih.
Sebelum pengambilan tanah juga dilakukan prosesi adat Minangkabau oleh para tetua adat. Hal ini dilakukan karena Ibrahim Datuk Tan Malaka merupakan raja di tanah kelahirannya.
Baca: SBY Rogoh Kocek Rp 43 Juta demi Kereta Wisata Imperial
Salah satu prosesi dilakukan dengan penobatan Hengki Novaron Tan Malaka sebagai raja ke 7. Sedangkan Ibrahim Datuk Tan Malaka merupakan raja ke 4.
Peralihan prosesi adat ini ada yang terputus karena sebelumnya tidak diketahui jejak makam Tan Malaka.