Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Penuh Liku-liku Perjuangan Pasutri Dirikan Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus

emiliki keterbatasan fisik tak membuat anak-anak enggan bersekolah dan menuntut ilmu.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Penuh Liku-liku Perjuangan Pasutri Dirikan Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus
surya/galih lintartika
Umar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhineka yang didirikannya di Kelurahan Glanggang, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, bersama sang istri, Salma. 

Kala itu, ia pun mengorbankan ruang tamu rumahnya untuk tempat belajar ini, karena memang tidak memiliki gedung. Bahkan, untuk menyewa gedung pun , kala itu ia tidak mampu.

“Saya sempat dibuat bingung, saat murid bertambah banyak tapi ruang kelas tetap. Kalau saya paksakan di rumah tidak cukup, tapi ia pun takut menolak siswa yang mau belajar. Kasihan mental dan kondisi psikisnya” paparnya.

Saat itulah, ia pun mulai memberanikan diri untuk meminta bantuan. Ia pun mencari dukungan ke pihak kelurahan Glanggang.

Beruntung waktu itu, ada gedung TK yang tidak digunakan dan dimanfaatkan. Gedung TK yang dulunya tak terpakai itupun dimanfaatkannya untuk mengajar.

“Aktivitas belajar-mengajar saya lakukan pagi hari. Karena siang harinya saya bekerja. Pekerjaannya serabutan, pokoknya bisa menghasilkan uang,” jelasnya.

Hasil dari bekerja, kata dia, digunakan untuk biaya operasional sekolah, dan sebagian untuk biaya makan dan kebutuhan anak istrinya.

Mulanya, tidak ada permasalahan berarti. Namun, lambat laun, ia pun merasakan beban yang berat.

Berita Rekomendasi

Ia harus membayar relawan yang ikut mengajar di sekolahnya, bayar operasional sekolah dan biaya lainnya.

“Saya tidak memasang tarif , bagi ABK yang belajar di sekolah ini. Sekolah ini gratis, semuanya saya yang menanggungnya. Tapi saat itu, kondisi saya sangat kritis, aduh sempat galau juga,” kenangnya.

Sempat Ingin Bubarkan Sekolah
Ia sempat berniat mau membubarkan sekolah ini. Namun, ia tidak tega melihat siswanya yang terpaksa kehilangan haknya mendapatkan pendidikan.

Di satu sisi, ia juga tidak mungkin bertahan dengan kondisi seperti saat itu.

Akhirnya, ia pun kembali memutar otak dan memutuskan untuk mencari sumbangan.

“Selain menggunakan uang pribadi, saya pun mulai mensosialisasikan dengan mencari donatur untuk operasional sekolah. Sayang, upaya untuk mencari donatur tidaklah mudah. Beberapa kali datang ke rumah orang-orang kaya yang berada disekitar sekolah, tapi tidak menghasilkan,” jelasnya

Alih- alih mendapatkan bantuan, lanjut Umar, mencari bantuan melalui proposal ini membuat hatinya semakin sakit.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas