Dari Jasa Reparasi Sepatu Rusak, Jarod Bisa Sekolahkan Tiga Anaknya Sampai Sarjana
"Saya nyantri istilahnya belajar itu selama 4 tahun. Setelah mendapatkan ilmu, buka sendiri dengan modal Rp 1.500."
Editor: Choirul Arifin
"Reparasi sepatu, sandal itu antara Rp 10.000 sampai Rp 15.000. Ya sehari tidak tentu, kadang dapat Rp 50.000 tapi Alhamdulillah, Allah selalu memberikan rezeki," tandasnya.
Saat waktu shalat tiba, pria yang juga sehari-hari bertugas sebagai takmir masjid An-Nurumi itu menyempatkan diri pulang ke rumahnya di Candisari RT 04/RW 22 Tirtomartani, Kalasan, Sleman, untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Setelah itu, dia berangkat ke masjid untuk menjalankan ibadah.
Lulus sarjana
Jarod mengaku mempunyai cita-cita sederhana yakni anak-anaknya harus lebih tinggi dibandingkan dirinya.
"Cita-cita saya tidak muluk-muluk. Saya hanya ingin anak-anak melebihi bapaknya," ucapnya.
Cita-cita itu pun kini telah terwujud. Jerih payahnya sebagai tukang reparasi sepatu, sandal dan tas, berbuah manis, dia berhasil menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus sarjana.
Bahkan saat ini ketiga anaknya sudah bekerja. Anak pertamanya bekerja di sebuah supermarket besar di Yogyakarta, anak keduanya menjadi notaris dan bungsunya menjadi ahli sanitasi dan biogas.
"Yang pertama kuliah di Janabadra, kedua di Akakom dan yang ketiga di UNY, Alhamdulilah sudah lulus sarjana semua. Sekarang sudah bekerja dan menikah semua," tuturnya.
Dia menuturkan, menyekolahkan tiga anak sampai lulus sarjana bukan hal yang mudah. Sejumlah tantangan dihadapi, mulai dari belum ada uang saat waktu tiba membayar SPP kuliah hingga harus mengurus surat keterangan tidak mampu dari RT hingga kecamatan agar mendapatkan keringanan waktu pembayaran.
Tak hanya itu, Jarod pun sampai harus berutang membayar keperluan ketiga anaknya.
"Pernah terlambat bayar, anak saya menyampaikan alasanya tapi tidak percaya saat anak saya bilang kalau bapaknya tukang reparasi sepatu. Ya disuruh meminta surat tidak mampu ke RT sampai kecamatan, ya akhirnya saya mintakan surat," tuturnya.
Meski Jarod menjadi tukang reparasi sepatu, sandal dan tas, namun menurut dia, ketiga anaknya tidak pernah malu. Justru ketiga anaknya bangga dengan kerja keras bapaknya.
Hal itu pun justru menjadi pemacu semangat untuk bisa lulus kuliah meski dengan segala keterbatasan.
"Anak saya tidak malu Itu yang bikin saya terharu. Mereka berangkat kuliah naik sepeda, sering kali juga bawa bekal makan dari rumah kalau waktu pulangnya sore atau malam," tuturnya.
Meski cita-citanya telah tercapai, sampai saat ini Jarod masih menekuni usahanya menjadi reparasi sepatu, sandal dan tas.
Penulis: Wijaya Kusuma
Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul: Cerita Jarod Berjuang Sekolahkan 3 Anaknya hingga Sarjana dari Sepatu Rusak