Gigih Menabung, Tukang Becak Ngadiman dan Istrinya Segera Naik Haji
Meski sebagai tukang becak, karena gigih menabung, Ngadiman dan istrinya berencana naik haji untuk tahun ini. Begini kisahnya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Angga Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Biaya haji yang membengkak dari tahun ke tahun tak menyurutkan niat Ngadiman Yitno Semito untuk melaksanakan rukun Islam kelima itu.
Di usianya 69 tahun pengayuh becak motor atau betor di seputaran Pasar Cawas, Kabupaten Klaten, ini akan beribadah haji tahun ini bersama istrinya Lasinem (67).
Dari becaklah sumber penghasilan Ngadiman selama ini termasuk untuk menabung berangkat haji. Ia mulai mengayuh becak sejak 1967.
Mulanya Ngadiman menarik becak di Mangkang, Kota Semarang. Selama 12 tahun pria asal Desa Talang, Kecamatan Bayat, itu mencari peruntungan di ibu kota Jawa Tengah itu.
Ia mendaftar pada 2010 lalu dan tercatat sebagai calon jemaah haji kloter 33 yang akan berangkat 6 Agustus mendatang.
Dari Semarang, Ngadiman hijrah ke Yogyakarta untuk melakoni pekerjaan yang sama. Akhirnya ia memutuskan pulang kampung ke Klaten dan bertahan sebagai pengayuh becak hingga sekarang.
Meski sebagai tukang becak Ngadiman punya prinsip untuk hidup hemat. Selama 40 tahun mengayuh becak ia selalu sisihkan penghasilannya meski hanya sedikit ke dalam kaleng bekas.
“Saya menabung sejak masih muda, karena saya sadar hanya rakyat kecil dengan penghasilan yang tidak seberapa. Uang hasil mbecak disisihkan, jaga-jaga ada kebutuhan mendesak,” cerita dia kepada Tribun Jogja belum lama ini.
Dari uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit, Ngadiman berhasil membiayai pendidikan empat orang anaknya. Dua di antaranya sudah merampungkan pendidikan di perguruan tinggi.
"Anak saya yang kuliah ada dua orang, anak kedua kuliah di daerah Pabelan (Kabupaten Sukoharjo, setingkat Diploma) dan yang keempat lulus sebagai sarjana teknik di UGM," katanya bangga.
Meski sudah berhasil membiaya pendidikan anaknya, Ngadiman tidak lantas berhenti menabung. Ia semakin gigih menabung lantaran anak-anaknya sudah mulai bekerja.
Setelah anak-anaknya menikah dan menapaki kehidupan keluarga, pada 2010 Ngadiman membulatkan niatnya untuk mendaftar ibadah haji. Ia mengaku saat itu baru memiliki tabungan Rp 13,5 juta.
Ia pun mencari pinjaman berupa dana talangan haji ke bank rekanan pembayaran ibadah haji. Setelah mendapatkan dana talangan tersebut, ia lantas mendaftarkan diri dan istrinya ke Biro Penyelenggaran Ibadah Haji Kemenag Klaten.
"Saat itu yang terpikir daftar dulu karen antreannya tambah panjang. Tapi setelah dua tahun, pinjaman dana talangan haji dari bank sudah kembalikan seluruhnya. Tinggal menunggu berangkat," kata dia.
Di sisa usianya Ngadiman berharap mendapatkan ketenangan. Ia juga berharap dapat menjalani ibadah haji dengan lancar dan meraih haji mabrur.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.