Bupati Batang: Program Lima Hari Sekolah Akan Mengurangi Interaksi Sosial Siswa
Apa jadinya jika kebijakan lima hari sekolah benar-benar diterapkan? Jika benar interaksi anak akan berkurang dengan lingkungannya termasuk sekolah.
Penulis: Muh Radlis
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muh Radlis
TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Apa jadinya jika kebijakan lima hari sekolah benar-benar diterapkan? Jika benar interaksi anak akan berkurang dengan lingkungannya termasuk sekolah.
Kekhawatiran di atas disampaikan Bupati Batang, Wihaji. Ia menolak diberlakukannya sistem sekolah lima hari karena tak serta merta akan membentuk karakter anak menjadi lebih baik.
Penerapan sekolah lima hari justru akan mengurangi intensitas berinteraksi antara anak, orangtua dan lingkungan selain sekolah.
"Saya menolak, pendidikan tidak hanya masalah pengajaran saja. Ada yang lebih penting yakni perilaku, nilai nilai sosial, agama," ungkap Wihaji kepada wartawan pada Senin (17/7/2017).
"Lima hari sekolah justru akan mengurangi itu, coba bayangkan kalau sudah capek pulang sekolah maka interaksi anak dan orang tua tidak ada baik."
Wihaji mengatakan, penerapan lima hari sekolah belum tepat diterapkan di Indonesia. Ia mengaku Pemkab Batang belum mengirimkan surat ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
"Saya sudah disposisikan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk tetap melaksanakan proses belajar mengajar enam hari," sambung Wihaji.
Baginya, interaksi sosial anak selain di sekolah juga sangat penting. "Saya rasa penerapannya (lima hari bersekolah, red) belum tepat," kata dia.