Kronologis penangkapan Kapal Wanderlust pembawa Satu Ton Sabu
Lima tersangka yang ditangkap bersama kapal Wanderlast keseluruhannya adalah warga Taiwan
Penulis: Eko Setiawan
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Tribun Batam, Eko Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Tangkapan sabu seanyak satu ton yang dilakukan oleh Satgas merah Putih dibawah arahan Polda Metro Jaya membuktikan kalau polisi Indonesia menyatakan perang dengan narkoba. Namun masih banyak teka-teki dan keganjilan yang belum terungkap dalam kasus tersebut.
Setelah melakukan penangkapan di kawasan Tanjung berakit, Bintan.
Akhirnya kepolisian menggelar Konfrensi pers di pelabuhan milik BC Batam dikawasan Tanjung Uncang Batam. Senin (17/7/2017) sore.
Hadir dalam Konfrensi pers tersebut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasito, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Muchamad Irianto, Danlantamal IV Tanjungpinang Laksamana Ribut Eko besetra pihak BC Batam.
Kaidiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasito mengatakan, kegiatan di Batam ini merukapan kegiatan tindak lanjut penangkapan sabu sebanyak satu ton di kawasan Anyer yang dilakukan oleh Satgas Polda Metro Jaya dan Polresta Depok.
Dan diketahui, sabu ini berasal dari negara Taiwan.
"Bersasarkan informasi ini, dikejar terus dan pada 15 Juli 2017 telah ditemukan, berkat kerja sama yang baik, kapal ditemukan beserta awak kapalnya di perairan Tanjung Berakit, Bintan," terang Setyo, Senin (17/7/2017) di pelabuhan Tanjunguncang, Batam.
Kapola Metro Jaya Irjen Pol Muchamad Irianto mengatakan, kedatanganya ke Batam kali ini merupakan perintah langsung dari Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian untuk melihat langsung perkembangan narkoba yang ditangkap pada Kamis 13 juli 2017 di perairan Anyer atau didekat Hotel Madalika.
Menurutnya, setelah sabu ditangkap oleh tim, kemudian mereka melakukan pengembangan yang terkait alat angkut atau transforternya.
Kemudian mereka melakukan koordinasi dengan pihak Bea Cukai (BC) dan kepolisian Taiwan.
Kemudian setelah di Identifikasi, adalah kapal yang dipakai untuk mengangkut yakni kapal Bleksuriyak.
"Setelah kami kordinasi, kemudian kami diberikan informasi terkait jenis kapal tersebut. Kemudian kami melakukan orientasi melakukan helikopter ke selat Sunda," sebutnya.
Dari hasil orientasi tersebut, diketahui kalau kapal ini akan berhenti di pulau Saingyang karena pulau itu sedikit penduduknya.
Alasan yang lain, dipulau tersebut juga airnya cukup tenang.
Kemudian dari hasil kordinasi, pihak kepolisian mendapat nama kapal yakni kapal Wanderlast yang berbendera asing.
"Kita mendapat informasi dari kepolisian Taiwan lengkap dengan kapaistas kapal, berapa panjang dan lebarnya," sebut Irianto lagi.
Kemudian kepolisian mendapat informasi dari BC pusat bagian analisis dan analisa, maka di hitung titik kordinat hingga terakhir terkordinasi di perairan Bangka.
"Itu terkordinasi dari GPS yang ada dikapal Wanderlast. Tetapi mati, namun arahnya ke Utara yakni arah ke Singapura atau Batam," lanjutnya.
Kemudian dilakukan penghitungan kordinat.
Analisis dari BC ini kemudian pihak kepolisian meminta bantuan kepada seluruh komponen yang ada di laut. Seperti Bakamla, BC dan Polair.
Maka semua bergerak untuk menangkap bantuan.
"Kemudian hari sabtu kapal teridentifikasi berada diperairan Tanjungberakit, Bintan. Kemudia dilakukan penangkapan oleh beberapa unsur seperti BC, Bakamla dan Lantamal. Selanjutnya dibawake Tanjunguncang. Yang jelas kapal ini terindifikasi awalnya dari kepolisian Taiwan," sebutnya.
Sesuai dengan pemeriksaa tersangka di Jakarta, kapal ini berhenti di tengah laut di perairan Pulau Shangyang.
Kemudian dipindahkan barang bukti narkoba sekitar satu ton ke atas perahu karet.
Dan memang diatas kapal Wanderlast ini ada duaperahu karet dengan dua mesin motor tempel yang ada.
"Itu merupakan keterangan yang kita dapat dari tersangka yang ada di Jakarta," sebutnya.
Saat ini, lima tersangka yang ditangkap bersama kapal Wanderlast keseluruhanya adalah warga Taiwan. (koe)