Dahsyatnya Sinabung Erupsi Nonstop Selama Empat Jam, Ini Dampaknya
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, aktivitas Gunung Sinabung pada Rabu (2/8) sangat tinggi.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KABANJAHE - Aktivitas Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, sangat tinggi, Rabu (2/8/2017). Alhasil, warga yang sedang bercocok tanam di ladang berhamburan lantaran melihat awan panas meluncur. Bahkan, ada warga yang menyebut suara gemuruh erupsi Gunung Sinabung seperti berita perang di televisi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, aktivitas Gunung Sinabung pada Rabu (2/8) sangat tinggi. Berdasar laporan Pos Pengamatan Gunung Sinabung (PVMBG), katanya, erupsi terparah terjadi pukul 10.00 WIB. Awan panas meluncur 4.500 meter ke arah tenggara timur.
Sedangkan warga Desa Sukanalu, Kecamatan Namanteran, Prima Jaya Tarigan (24), mengatakan, erupsi Gunung Sinabung sangat dahsyat. Bahkan, luncuran awan panas beruntun dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
"Saya kebetulan lagi di ladang, tiba tiba dengar suara gemuruh. Begitu aku lihat awan panas meluncur kayak pelor, sangat cepat. Jadi, kami langsung berhamburan tinggalkan ladang," ujarnya saat berada di warung, Rabu (2/8) petang.
Pria berkulit sawo matang tersebut menambahkan, Gunung Sinabung juga meluncurkan material yang membubung ke udara. Karena itu, hanya dalam hitungan detik, suasana kampung jadi gelap.
Setelah itu, beberapa desa diguyur hujan batul kecil dan pasir. Alhasil, suasana kampung sepi, karena warga memilih berdiam di rumah. Ia menceritakan, Desa Sukanalu, hanya berjarak 3,2 kilometer dari Gunung Sinabung.
Artinya, desa itu masuk wilayah zona merah. Karena itu, seluruh warga kini tinggal di penampungan.
Namun, saban hari, warga kembali ke desa untuk bercocok tanam. Tapi, kalau terjadi erupsi warga kembali ke lokasi penampungan.
"Walaupun zona merah, arah awan panas tidak mengarah ke sini. Jadi, kami hanya terkena dampaknya, seperti debu yang mengarah ke sini," katanya.
Ia menambahkan, selama ini, Gunung Sinabung tidak pernah erupsi secara terus-menerus. Sehingga, erupsi, kemarin, cukup dahsyat dan lama, karena gunung erupsi secara beruntun.
Tidak hanya itu, beberapa warga yang masih menetap secara berdiam-diam di kawasan zona merah juga pontang-panting berlarian. Bahkan, awan panas guguran bergerak sangat cepat tanpa henti.
"Kalau abang lihat berita perang di televisi begitulah yang terjadi tadi. Jadi, suara gemuruh kuat kali. Setelah itu, awan panas meluncur kayak angin. Cepat kali hitungan jari sampai ke bawah. Kalau kena awan panas guguran, matilah," ujarnya.
Sedangkan, warga Gungpinto, Namanteran, Ega Purba (25), berujar, sebelumnya warga tidak pernah melihat luncuran awan panas besar. Artinya, awan panas sejauh 4.500 meter cukup besar.
"Sebelumnya, kami enggak pernah nampak besar kali awan panasnya. Biasanya longsoran (awan panas) berhenti dan turun lagi. Sedangkan tadi, awan panasnya meluncur enggak berhenti," katanya.
Menurutnya, awan panas meluncur sangat cepat, seperti peluru. Karena itu, warga yang masih beraktivitas di zona merah atau di luar zona merah panik, berhamburan menyelamatkan diri.