Lumpuh, Ustaz Sugiarto Tetap Ajarkan Anak-anak Mengaji
Ia tak keberatan tak dibayar. Mengajarkan anak-anak mengaji, baginya, adalah panggilan jiwanya tanpa mengharap imbalan.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunjateng, Khoirul muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Ustaz Sugiarto tetap mengajarkan anak-anak mengaji di desanya, yakni Karangbawang di Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah. Ia tetap gigih menjar meski dalam kondisi lumpuh.
Saat tribunjateng.com mengunjungi rumahnya, tampak puluhan anak-anak mengaji sambil duduk di samping dipan. Sementara Ustaz Sugiarto terbaring di dipan sambil menyimak bacaan anak-anak santrinya.
Sugiarto divonis lumpuh oleh dokter sejak tahun 2000. Namun, semangat mengajarnya tak pudar.
Bahkan, ia tak keberatan tak dibayar. Mengajarkan anak-anak mengaji, baginya, adalah panggilan jiwanya tanpa mengharap imbalan.
Sambil berbaring, Sugiarto menyimak dan membetulkan bacaan anak-anak didiknya.
Sebagian murid sudah fasih membaca ayat Alquran dan sebagian lagi masih terbata-bata. Semua disimak secara telaten oleh ustaz Sugiarto.
Sugiarto pernah menjalani perawatan di RSUD Banyumas. Ia juga pernah dirujuk ke rumah sakit ortopedi untuk kesembuhan kakinya.
Selama 40 hari Sugiarto dirawat di rumah sakit, maka selama itu juga anak-anak di desanya tidak diajar mengaji. Itu membuatnya sedih.
"Saya tidak ingin menjadi orang yang merugi karena menyia-nyiakan kesempatan. Saya akan terus mengajar hingga Allah memanggil saya. Semoga bisa istikamah," kata ustaz Sugiarto.
Sugiarto dirawat oleh ibunya, Tasem. Karena tak memiliki cukup uang, Tasem terpaksa merawat putranya di rumah dengan obat yang dibeli dari apotek.
Tasem rutin bersihkan luka pada kaki Sugi yang membusuk dan berbau. Tiga hari sekali, ia mengganti perban yang membungkus luka kaki Sugi.
Ia mengaku prihatin melihat kondisi kesehatan Sugi yang terus memburuk. Tubuh Sugi yang dahulu gemuk kini berubah kurus kering.
Luka terbuka pada kakinya juga tak kunjung sembuh meski telah mati rasa.
Tasem sebenarnya ingin memeriksakan putranya kembali ke rumah sakit namun terkendala biaya. Ia pun tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) baik BPJS maupun Jamkesda meski keluarganya tergolong tidak mampu.
Kegigihan Sugi dalam mengajar membangkitkan semangat Tasem untuk terus merawat dan mendampingi anaknya hingga akhir hayat. "Saya ingin anak saya sembuh," ucapTasem, air matanya berderai. ()