Meninggal Jelang Upacara HUT RI, Paskibra Ini Derita Gondok Beracun
Suasana duka masih terasa atas meninggalnya Aritya Syamsudin, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Mangkutana, Luwu Timur, Sulsel.
Editor: Ferdinand Waskita
Aritya adalah siswi kelas 10 Matematika dan IPA (MIPA) 3, SMAN 4 Luwu Timur yang dulunya bernama SMAN 1 Mangkutana.
Almarhumah tergabung di pasukan 17 itu memiliki paras wajah yang manis cantik dengan kulit putih.
Pelatih Paskibra Mangkutana Sudarman mengatakan, Aritya selalu semangat di setiap latihan baris-berbaris.
Seminggu jelang acara puncak HUT ke-72 RI, pada latihan pagi, Aritya sempat pingsan.
"Saat sadar, kami tanya kenapa bisa pingsan, Aritya jawab lupa sarapan," kata Sudarman kepada TribunLutim.com, di Kantor Camat Mangkutana, Kamis (17/8/2017).
Sorenya, Aritya kembali mengikuti latihan seperti biasa.
Kurang seminggu jelang puncak acara, tepatnya Minggu (13/8/2017) malam, Aritya dilarikan ke RSUD I Lagaligo karena batuk dan sesaknya semakin parah.
Aritya tidak lagi mengikuti latihan sejak itu.
Informasi dari dokter yang merawatnya, Aritya menderita penyakit gondok beracun.
"Aritya ini ternyata sakit gondok beracun, itu sesuai keterangan dokter yang memeriksanya, kami juga baru tahu waktu itu," ucap Sudarman yang juga anggota TNI.
"Penyakit itulah kemungkinan besar penyebab Aritya meninggal dunia," tuturnya menambahkan.
Orangtua Aritya, Syamsudin Losong mengatakan jelang kepergiannya, Aritya meminta dibelikan sepatu warna hitam untuk digunakan menjalankan tugas sebagai pasukan pengibar bendera.
Sepatu tersebut Ia minta saat dirawat di ruang B6 RSUD I Lagaligo.
"Mau sekali ikut paskib," kata Syamsudin ditemui di kediamannya Jl Sandang Pangan Lorong 1, Dusun Sido Tepung 2, Desa Wonorejo Timur, Kecamatan Mangkutana, Rabu (16/8/2017).