Keajaiban Mbah Fanani yang Tetap Telanjang Dada Saat Suhu Dieng di Bawah 0 Derajat
Ketahanan tubuh Mbah Fanani menghadapi serangan cuaca ekstrem tak lagi disangsikan oleh penduduk gunung Dieng
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Apa yang akan anda lakukan jika berhadapan kondisi suhu di bawah 0 derajat celcius?
Anda pasti akan menyiapkan segala perlengkapan untuk melindungi tubuh dari paparan hawa dingin yang menusuk, mulai dari jaket berlapis, kaus kaki, sarung tangan, penutup kepala, hingga topeng kain di wajah.
Itu pun bisa jadi belum cukup untuk membentengi diri dari serangan suhu ekstrem.
Suhu dingin ekstrem bahkan bisa membuat seorang mengalami gangguan kesehatan, semisal hipotermia atau radang dingin.
September 2017 ini adalah puncak musim kering di dataran tinggi Dieng.
Dua hari berturut-turut, tanggal 1 dan 2 September 2017, desa Dieng Kulon, Batur diterpa suhu dingin ekstrem.
Baca: Pelepasan Lampion di Ajang Dieng Culture Festival 2017
Kumpulan titik air merupa kabut mengapung di atmosfer.
Penduduk desa lebih banyak memilih berdiam di dalam rumah sambil menghangatkan badan di depan tungku api yang menyala.
Mereka sama menebalkan pakaian hingga beberapa lapis untuk menahan dingin.
Suhu ekstrem kala itu benar-benar membuat otot menggigil, gigi gemelutuk, hingga rambut berdiri atau merinding.
Butiran-butiran embun di pagi buta yang menutupi rerumputan dan dedaunan hijau berubah kristal es.
Warga setempat menyebutnya embun upas, atau embun beracun dan banyak tanamam petani yang sekarat, hingga mati karena membeku.