Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Budaya Jawa Ajak Angkasa Pura Hargai Local Wisdom Sikapi Warga Terdakpak Bandara Kulonprogo

Alasan warga terdampak pembangunan bandara di Kulon Progo enggan pindah ke rumah relokasi karena alasan Bulan Suro idak boleh dipandang sebelah mata

Editor: Sugiyarto
zoom-in Pakar Budaya Jawa Ajak Angkasa Pura Hargai Local Wisdom Sikapi Warga Terdakpak Bandara Kulonprogo
Tribun Jogja/Khaerur Reza
Aksi teatrikal warga menolak pembangunan Bandara Kulonprogo 

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Alasan warga terdampak pembangunan bandara di Kulon Progo enggan pindah ke rumah relokasi karena alasan Bulan Suro dalam sistem kalender Jawa tidak boleh dipandang sebelah mata oleh PT Angkasa Pura I.

Sudah seyogyanya, keyakinan masyarakat sebagai salah satu wujud Local Wisdom ini harus dihargai.

Demikian sudut pandang Pakar Budaya Jawa asal Yogyakarta, Purwadi.

Karena dalam pendekatan ke masyarakat, khususnya warga DIY yang masih menjunjung tinggi tradisi memang perlu cara yang elegan dan santun.

"Perlu diingat, PT Angkasa Pura adalah pendatang, dan warga adalah tuan rumah," kata Purwadi.

Dengan perumpamaan ini maka seharusnya PT Angkasa Pura harus menghormati cara pandang warga atas tanah yang sudah turun temurun mereka tinggali.

Karena dalam perjalanannya, warga selalu membawa tradisi dari leluhurnya selama mereka tinggal di area itu sebagai bagian dari kebudayaan setempat.

Berita Rekomendasi

Akan menjadi tidak sinkron, jika fenomena ini dibenturkan dengan aturan tertulis yang sudah tertuang dalam selembar kertas.

Bahwa karena sudah menerima kompensasi dan tak lagi memiliki hak atas tanah berarti warga juga harus segera pindah.

Rasionalitas menjadi tidak pas dalam hal ini.

Sedangkan ketika berbicara tradisi, adat istiadat dan kepercayaan dalam masyarakat, rasionalitas kadang menjadi dikesampingkan.

"Tapi mereka sangat percaya, sebagai bagian dari tradisi turun temurun, jika melanggar maka akan mendapat musibah atau akibat lain," kata Purwadi.

Jangan sampai, PT Angkasa Pura memaksakan kehendak.

Jika demikian, Purwadi tak segan menyebut PT Angkasa Pura sebagai pihak yang punya watak adigang, adigung, adiguna dalam peribahasa jawa yang artinya mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki.

Cara seperti ini justru dianggap Purwadi sangat kuno dan tidak beradab.

Bahkan sampai menyinggung prinsip Bhinneka Tunggal Ika negeri ini.

Bahwa perbedaan yang diwujudkan dalam keberagaman yang terdiri dari suku, adat istiadat, kepercayaan seharusnya tetap menjadi satu kesatuan.

Akan lebih bijak, jika PT Angkasa Pura juga menghargai cara pandang warga setempat.

Dengan demikian, harmonisasi akan terwujud tanpa menimbulkan gejolak.

Sedangkan masyarakat juga harus mau mentaati aturan yang ada yaitu segera pindah begitu Bulan Suro telah habis. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas