Saat Gadis-gadis Cantik Terjun ke Pedalaman untuk Mengajar: Rela Kepanasan Hingga Riasan Luntur
Kulit Nadine yang putih kontras dengan anak-anak yang tinggal di kampung perbukitan nan tandus dan kering berjarak sekira 40 km dari Waikabubak
Penulis: Yulis Sulistyawan
Baca: Pesona Negeri di Atas Awan di Mamasa
Selain menjadi dokter, Lala juga aktif di kegiatan gereja. Setiap Rabu dan Minggu, gereja juga melakukan kegiatan sosial. Bersama jemaat lainnya, dokter Lala ikut membersihkan anak-anak miskin dan kemudian mengajar lantaran anak anak itu tak bersekolah.
" Saya biasa mengajar anak anak miskin. Jadi ketika diajak mengajar di pedalaman bersama 1000 Guru, saya sangat tertarik. Dan ternyata kondisinya miris sekali anak- anak di pedalaman ini," ujar dr Lala Akal.
Byanmara yang masih kuliah di ITB mengisahkan, selama ini ia aktif mengajar anak-anak jalanan di Kota Bandung bersama komunitas Rumah Mimpi.
Ia juga beberapa kali menjadi sukarelawan 1000 Guru di Jawa. " Pernah mengajar di Banten. Padahal tak sebegitu jauh dari Kota Propinsi, tapi anak-anaknya sangat tertinggal. Dan sekarang, di Sumba ini, anak-anaknya jauh lebih tertinggal," ujar Byan.
Nurhasanah,mahasiswi UGM Yogyakarta yang ikut mengajar 1000 Guru di Sumba mengisahkan, ia baru saja menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah pelosok Bengkulu.
Hampir dua bulan lamanya ia hidup dan tinggal bersama warga di pelosok Bengkulu.
"Kalau boleh memilih, saya akan memilih mengajar anak-anak di pedalaman seperti ini. Mereka sangat membutuhkan pendidikan yang lebih baik agar masa depan mereka juga akan menjadi lebih baik," ujar Hasanah. (Tribunnews/Yuli S)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.