Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Saat Gadis-gadis Cantik Terjun ke Pedalaman untuk Mengajar: Rela Kepanasan Hingga Riasan Luntur

Kulit Nadine yang putih kontras dengan anak-anak yang tinggal di kampung perbukitan nan tandus dan kering berjarak sekira 40 km dari Waikabubak

Penulis: Yulis Sulistyawan
zoom-in Saat Gadis-gadis Cantik Terjun ke Pedalaman untuk Mengajar: Rela Kepanasan Hingga Riasan Luntur
TRIBUNNEWS.COM / YULIS
Geraldine Nuranisa, mengajar di SDN (Paralel) Mata Wee Tame, Sumba Barat. Sekolah tersebut adalah SD paralel yang berada di kawasan pedalaman Sumba 

Terpaan debu dari halaman berupa tanah merah, tak menyurutkan dua mahasiswi asal Jakarta dan beberapa relawan 1000 Guru untuk terus mengajak siswa bernyanyi.

Baca: Potret Siswa SD di Pedalaman: Kurang Gizi, Pertama Kali Makan Telur Lalu Muntah

Para orangtua dan warga dengan wajah ceria menyaksikan anaknya dididik guru-guru muda dari komunitas 1000 Guru.

Dua vloger yakni Gloria dan Rani mengajar di SDN (Paralel) Mata Wee Tame, Sumba Barat
Dua vloger yakni Gloria dan Rani mengajar di SDN (Paralel) Mata Wee Tame, Sumba Barat

Byanmara (19),mahasiswi ITB Bandung yang juga menjadi bagian 1000 Guru, mengaku sangat bahagia bisa mengajar anak-anak pedalaman.

Gadis manis yang sudah beberapa kali ikut mengajar bersama Komunitas 1000 Guru di sekolah pelosok di Pulau Jawa, tak menyangka masih banyak anak-anak Indonesia yang tingkat kecerdasannya masih jauh di bawah standar.

"Saya baru sekali mengajar anak-anak pedalaman di kawasan Timur Indonesia. Daya tangkapnya sangat rendah. Diajak ngomong susah nyambung. Bahkan, warna saja nggak tahu. Tadi saat ditanya apa warna bendera Indonesia, mereka sebut kuning," ujar Byanmara yang juga mengajar kelas 1 SDN paralel Mata Wee Tame.

Byanmara (berkaos putih-merah), dokter Lala Akal (paling kanan), Pandu (vloger) berambut gondrong saat  Nurhasanah (selendang biru) mengajar di SDN (Paralel) Mata Wee Tame,Sumba Barat
Byanmara (berkaos putih-merah), dokter Lala Akal (paling kanan), Pandu (vloger) berambut gondrong saat Nurhasanah (selendang biru) mengajar di SDN (Paralel) Mata Wee Tame,Sumba Barat (TRIBUNNEWS.COM / YULIS)

Saat jam menunjukkan pukul 12.15 Wita, terik matahari kian menyengat. Adilhara Alcitamesa Akal duduk meneduh di teras halaman sekolah.

Berita Rekomendasi

Debu berterbangan tak dihiraukan gadis manis keturunan Alor ini.

Ia mencoba menepi di dekat pintu masuk kelas 3. Namun matanya terus memandang anak-anak desa pedalaman yang baru saja di ajarnya.

Baca: Melihat Sekolah di Pedalaman Sumba: Gedung Reyot Mirip Kandang Ayam dan Siswa Kurang Gizi

Lala panggilannya. Ia adalah dokter yang bertugas di Kupang.

"Miris banget kondisinya. Di luar sana banyak orang menghambur-hamburkan uang ratusan juta, tapi di sini anak-anak beli sepatu saja tidak mampu. Tadi saya sempat betulkan rok siswa yang sudah robek dan resletingnya tak ada lagi. Namun itu lah rok yang mereka punya dan terus dipakai," ujar dokter Lala.

1000 Guru

Belasan gadis dan pria muda ini adalah sukarelawan komunitas 1000 Guru yang akhir pekan lalu mendatangi sekolah di pedalaman Pulau Sumba, NTT.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas