Melongok Proses Kreatif Sekolah yang Tak Punya Studio, Tapi Juara Festival Film Internasional
Sekelompok siswa ini berdiskusi mencari ide cerita. Sementara yang lain fokus pada angel kamera yang tepat.
Editor: Sugiyarto
Hal ini tak menghambat kreativitas anak-anak di bidang film. Sebab semua karya film itu bisa dikerjakan dimana pun.
Pembimbing Sinematografi SMAMDA, Habibah Melyana menyebutkan bahwa siswa sekolah ini mampu memanfaatkan teknologi untuk hal Posiitif.
"Mereka kompak dan kreatif. Medsos menjadi daya pikat mereka mengunggah film karyanya," kata Habibah yang mahasiswa Unair ini.
Gadis yang masuk klub profesional sinematografi ini dipercaya membimbing siswa SMAMDA.
Dia melihat kreativitas dan energi siswa itu harus dimaksimalkan. Meski dukungan properti berupa studio belum ada.
Ngedit dan pengambilan gambar bisa dimana saja. Cukup degan alat utama kamera, komputer atau Laptop semua bisa menghasilkan film.
Sementara SDM atau siswa yang bertugas menulis ide cerita, sekenario, hingga menyajikan gambar.
Fauzi Anwar, siswa kelas 1 IPA yang lain menyebutkan bahwa setiap Sabtu para penyuka film di SMAMDA selalu ada kegiatan.
Mereka yang tergabung dalam extrakurikuker sinematografi ini kumpul dan mencari ide.
"Kami juga tengah mengerjakan festival film yang diadakan Telkomsel. Ada tantangan membuat Film pendek 5 menit. Doakan ya," ucap Fauzi.
Sekolah sebenarnya sudah mempunyai lembaga extrakurikuler film itu sejak 2003.
Namun hingga sekarang belum ada studio. Para siswa itu menuturkan kepada surya bahwa ada keasyikan sendiri saat membuat film.
Apalagi di era sekarang mereka rajin membuat model trailer atau vlog di medsos.
Begitu juga di Instagram dan YouTube. Namun ini untuk film dengan tujuan mengekspresikan karya dan hanya untuk Fun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.