Kisah Driver Perempuan Pertama Trans Jogja, Sempat Nyasar di Hari Pertama Bertugas
Meski baru bergabung sejak 25 September, atau sekitar dua bulan yang lalu, jam terbangnya ternyata sudah begitu tinggi.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tak seperti beberapa hari terakhir yang selalu dirundung hujan, suasana Yogyakarta bagian selatan Sabtu (18/11/2017) sore begitu cerah mempesona.
Senyum sumringah pun terpancar dari wajah sosok ibu bernama Dewi Sukmawati.
"Oh, ini malam Minggu ya? Macet pasti, tapi yang penting nggak hujan. Kemarin, dari aplusan, sampai selesai tugas, hujannya nggak reda-reda," katanya.
Dewi bukanlah seorang ibu biasa.
Bagaimana tidak, Dewi kini menyandang status satu-satunya driver perempuan di armada Trans Jogja.
Meski baru bergabung sejak 25 September, atau sekitar dua bulan yang lalu, jam terbangnya ternyata sudah begitu tinggi.
Baca: Sang Pria Sudah Pasang Kondom Tapi Aksi Mesum Pasangan Remaja Kepergok Petugas Satpol PP
Ya, lebih dari 10 tahun, perempuan berusia 46 tahun tersebut, bisa dikatakan mengenyam hidup di jalan.
Sebelum resmi bergabung dengan Trans Jogja, Dewi sudah meniti karir panjang bersama Trans Jakarta, selama satu dekade penuh.
"Sejak bergabung tahun 2007 lalu, jumlah driver perempuan di Trans Jakarta sudah cukup banyak. Tapi, kalau di Trans Jogja, saat ini saya masih satu-satunya," ujarnya.
Terbiasa bahu-membahu dengan rekan kerja yang didominasi kaum Adam, membuat Dewi tidak menemukan kesulitan berarti, saat memutuskan bergabung dengan Trans Jogja.
Terlebih, dia merasa langsung diterima layaknya anggota keluarga baru.
"Sudah biasa jadi minoritas di tengah mayoritas. Terlebih, teman-teman di sini semuanya asyik. Mereka benar-benar menghargai saya sebagai perempuan. Tapi, penumpang, atau pengguna jalan, masih ada yang bingung, waktu lihat saya bawa bus ini," ujarnya.
Lama tinggal di ibu kota, membuat Dewi sedikit banyak mulai lupa jalanan Yogyakarta.
Padahal, sebagai seorang driver, penguasaan medan menjadi salah satu modal terpenting.
Baca: KPK Cetak Sejarah Penjarakan Ketua DPR RI
Akan tetapi, peran pramugara dinilainya mampu jadi pembimbing yang baik.
Menurutnya, para pramugara Trans Jogja yang bertugas bersamanya, selalu sabar mengarahkan.
Selama dua bulan bertugas, sudah dua jalur yang diisinya.
Yang pertama, adalah jalur 8, dimana satu rute biasanya selesai dalam 2 jam.
Kemudian, jalur 4a, dengan jarak tempuh 1,5 jam.
"Waktu hari pertama bertugas di jalur 4a, saya sempat nyasar. Baru mau berangkat dari (terminal) Giwangan, saya malah keluar ringroad. Terpaksa, harus putar balik," ungkapnya sembari diiringi gelak tawa.
Baca: Jokowi akan Menari Mandailing di Acara Ngunduh Mantu
"Tapi, saya sudah bilang ke atasan, kalau siap ditempatkan di jalur manapun. Hanya saja, banyak penumpang yang sudah langganan jadi sedih pas saya dipindah, karena saking akrabnya," lanjutnya.
Seakan tidak mencerminkan seorang driver bus, yang selama ini identik dengan kesan garang, Dewi terlihat begitu ramah pada setiap penumpangnya.
Bahkan, wartawan sempat diajaknya menempuh satu rute perjalanan, sembari berbincang santai di dalam Trans Jogja.
Dalam kesempatan itu, ibu empat anak tersebut juga mengisahkan awal mula dirinya terjun ke dunia driver.
Bukan tanpa alasan, kemampuannya dalam mengemudikan kendaraan roda empat, memang masuk kategori mumpuni.
Berkendara sudah menjadi kegemarannya.
Namun selama ini, hobby tersebut hanya bisa tersalurkan saat mengantar jemput anak-anaknya saja.
Karena itu, ia tidak perlu berfikir panjang, saat salah satu kerabat yang bekerja di Pemprov DKI menawari pekerjaan itu.
"Saya sudah bisa mengemudikan mobil sejak SMA. Jadi, ya memang enjoy jadi driver, kerjanya cuma muter-muter, seperti hobby yang dibayar," katanya.
Baca: Lima Perwira TNI yang Terlibat Pembebasan Warga Sipil Tolak Kenaikan Pangkat
"Tapi, 10 tahun rasanya cukup. Keluarga pilih pindah ke Yogyakarta, kebetulan saya juga dapat tawaran dari Trans Jogja. Alhamdulillah, saya langsung dipercaya. Yang penting bisa dekat dengan keluarga, itu tidak bisa diukur dengan materi," imbuhnya.
Sampai sejauh ini, Dewi pun belum memiliki pandangan kapan akan menyudahi perjalanan karirnya sebagai driver.
Selama masih diberi kepercayaan dan kesehatan, pedal gas bakal terus diinjaknya.
Terlebih menjadi pengemudi Trans Jogja memberinya banyak pengalaman baru.
"Saya enjoy sekali di sini (Trans Jogja), have fun. Penumpang begitu akrab, baik-baik banget. Ada ibu-ibu sepuh yang sudah jadi langganan, setiap naik dari Pasar Beringharjo, selalu bawain makanan, entah itu salak, gado-gado. Baik banget," kisahnya.
Akan tetapi, tidak seperti Trans Jakarta, sampai sekarang, Trans Jogja masih berada dalam satu jalur dengan kendaraan lainnya.
Hal tersebut, kata Dewi, mengharuskan para driver memiliki kesabaran ekstra, terlebih jika dalam kondisi macet.
"Ya, kadang ada pengendara mobil pribadi yang bersikeras mendahului, sampai klakson-klakson.
Begitu saya kasih kode buat mendahului dan tahu kalau drivernya perempuan, dia kemudian ngalah," terangnya.
Benar saja, selama kami mengukuti perjalanan dengan Trans Jogja yang dikemudikan Dewi, selama kurang lebih 1,5 jam, kesan ramah begitu terpancar.
Saat ada kendaraan yang ugal-ugalan, hanya disikapinya dengan senyum, tidak ada umpatan yang keluar dari mulutnya.
"Senyumin aja mas, banyakin istighfar," ujarnya.
Sementara itu, Direktur PT Anindya Mitra Internasional (AMI), Dyah Puspitasari, mengatakan pihaknya memang sengaja merekrtut driver perempuan, untuk memberi warna baru di Trans Jogja.
Terlebih menurutnya, driver perempuan memiliki sejumlah keunggulan tersendiri.
"Kita memang memerlukan driver perempuan, karena mereka biasanya lebih lembut, sabar dan ramah. Sifat-sifat itulah yang ingin kita kuatkan, untuk pelayanan Trans Jogja. Dengan harapan, hal positif tersebut bisa menular ke awak bus secara keseluruhan," katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)