Bangun Tidur Tubuh Ridho Tiba-tiba Lumpuh
Harapan Muhammad Ridho atau akrab disapa Edo untuk bersekolah, Selasa (28/11) pagi kemarin, sepertinya masih terganjal.
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Harapan Muhammad Ridho atau akrab disapa Edo untuk bersekolah, Selasa (28/11) pagi kemarin, sepertinya masih terganjal.
Tubuhnya yang lemas serta tatapan matanya kosong, bocah berusia 10 tahun tersebut pun hanya masih nampak terbaring lemah di selembar kasur yang terhampar di tengah rumahnya di Desa Sungai Tabuk Kota Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.
Selain itu, Edo juga sesekali hanya terlihat menggerakkan mata saat merespon suara sang ayah. Pasalnya, jangankan untuk berdiri duduk pun tak sanggup dilakukannya.
Baca: Sri Sultan Menetapkan DIY Siaga Darurat Bencana
Kelumpuhan Edo tersebut sudah berlangsung sekitar 20 hari lebih. Belum diketahui jelas penyebabnya.
Bahkan meski berbagai upaya sudah dilakukan orangtua Edo, guna mengetahui penyakit yang diidap putra sulungnya tersebut. Namun sampai saat ini yang muncul hanyalah berbagai spekulasi tanpa hasil.
Ramadhan, ayah Edo mengatakan ia sendiri tidak mengetahui Penyakit apa yang diidap Putra sulungnya tersebut.
Edo memang terlahir tidak senormal anak-anak yang lain atau mengalami autis. Namun bukan berarti sering tumbuh kembangnya ia tidak bersekolah.
Baca: Begini Rencana Pemerintah Hadapi Banjir Hingga Erupsi Gunung Agung
Bahkan layaknya anak-anak seusianya yang lain, ia suka bercanda dan bermain mengisi kekosongan di luar sekolah.
Namun cerita kelam bermula, saat Edo hendak bangkit dari tempat tidurnya guna bersiap-siap bersekolah, sekitar 20 hari lalu, kakinya tiba-tiba lumpuh.
"Saat itu kami pun cemas. Sempat membawa dan mengurut Edo ke orang pintar. Namun lantaran hasil yang diharapkan tidak sesuai, kami kemudian memutuskan untuk membawanya lagi ke dokter umum praktek," jelasnya.
Lebih lanjut, Ramadhan mengatakan saat itu berdasarkan analisa dokter, kelumpuhan putranya dituding lantaran mengalami kekurangan Kalium.
Sehingga selang sekitar 2 hari kondisi kaki Edo yang semula dingin kemudian berangsur hangat setelah mengonsumsi obat yang diberikan dokter.
"Hanya saja untuk kelumpuhan Edo saat itu tetap. Sekujur tubuhnya seolah mati rasa. Sementara sang dokter umum yang mengaku tidak berkompeten menanganinya menyarankan agar kami membawa Edo ke dokter spesialis saraf," ceritanya.
Namun kekhawatiran Ramadhan tidak sampai disitu. Ia yang hanya bergantung pekerjaan sebagai montir serabutan, berupaya sedari dini mencarikan alternatif atas biaya pengobatan putranya dengan mengurus BPJS.
"Ya khawatir saja, karena kalau pun Edo menjalani perawatan inap di Rumah Sakit tentu akan membutuhkan biaya besar. Nah, sehubung itu pula saya pun berinisiatif untuk membuat BPJS anak saya," jelasnya.
Namun setiba di kantor BPJS Martapura ternyata niatnya tersebut gagal. Ramadhan pun terkejut. Ia disebutkan petugas sudah terdaftar melalui BPJS JKN, hanya saja kartu tersebut tidak pernah ia terima.
"Kalau setahun sih mungkin ada, karena sekarangkan kartunya sudah KIS. Cuman yang menjadi pertanyaan, selama ini nyangkut kemana kartu BPJStersebut," ungkapnya.
Dengan tetap bersemangat Ramadhan memperjuangkan biaya pengobatan putranya tersebut Ramadan rela hilir mudik mengikuti arahan petugas.
Hingga akhirnya petugas BPJS pun bermurah hati, membuatkan hardcopy sesuai nomor kartu BPJS Ramadhan beserta istri dan dua anaknya yang sudah terdaftar, kini kartu tersebut sudah dipegangnya.
"Saya sendiri sampai saat ini bingung. Karena tanya ke dinsos, BPJS dan puskesmas, saya cari tidak ada . Meskipun demikian, namun dengan adanya hardcopy ini pemanfaatan layanan BPJS setidaknya bisa," jelasnya.
Terpisah Kasubag Kesehatan Masyarakat BPJS Provinsi Kalsel, Aini mengatakan kondisi tersebut tidak berpengaruh pada penggunaan layanan BPJS pemilik kartu.
Menurutnya, asalkan saat berobat atau menggunakannya yang bersangkutan membawa dan memiliki nomor yang tertera di KTP.
" Jadi meskipun kartunya hilang, hal tersebut tidak mempengaruhi manfaat layanan BPJS selama yang bersangkutan masih terdaftar. Namun pengguna juga bisa meminta cetak ulang kartu tersebut ke kantor BPJS kabupaten dan kota," jelasnya.(Banjarmasin Post/Abdul Ghanie)