Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengusaha Logistik Rugi Miliaran Rupiah akibat Banjir di Jalan Raya Porong

Banjir di jalan raya Porong, Sidoarjo mengakibatkan kerugian material besar bagi para pengusaha logistik.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pengusaha Logistik Rugi Miliaran Rupiah akibat Banjir di Jalan Raya Porong
Surya/M Taufik
Jalur Porong yang tergenang air hingga seperti sungai. Tak ada satupun kendaraan melintas karena jalur ini ditutup total seiring kondisi banjir yang semakin tinggi. SURYA/M TAUFIK 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO – Banjir di jalan raya Porong, Sidoarjo mengakibatkan kerugian material besar bagi para pengusaha logistik.

Penutupan jalan utama penghubung antara Surabaya dan Pasuruan, Malang, hingga Banyuwangi itu membuat waktu tempuh distribusi menjadi lebih lama.

Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Jawa Timur, Kody Lamaayu Fredy mengatakan, kerugian itu mencapai Rp 1 juta per unit angkutan yang biasanya melewati rute jalan tersebut.

Ia memperkirakan, jumlah rata-rata unit yang jalan di sana per hari adalah 3.000. Jika ditotal, nilai kerugian itu mencapai Rp 3 miliar.

"Kami kalau menghitung secara riil, unit ke sana bisa narik dua rit (per hari). Dengan kemacetan itu, hanya 1 rit dalam sehari semalam. Rugi per unitnya sekitar 1 juta," kata Kody, kepada Surya beberapa waktu lalu.

Kemacatan yang ia maksud, yakni yang terjadi di jalan alteri.

Baca: Senyum Bahagia Menteri Susi Paddling Berlatar Belakang Kapal Sitaan Silver Sea

BERITA REKOMENDASI

Setelah jalan di Porong ditutup, semua kendaraan diarahkan untuk lewat jalan alternatif tersebut.

Akibatnya kemacetan tak terhindarkan. Sebuah kendaraan butuh waktu dua hingga tiga jam untuk bisa melewati rute tersebut.

Ia menyebut, nilai kerugian tak bisa dihitung hanya berdasar waktu kemacetan.

Meski tambahan waktu perjalanan hanya 2 sampai 3 jam, kata dia, tiap kendaraan tidak bisa mengangkut barang secara efektif.

Jika harusnya tiap unit bisa membawa barang sebanyak dua rit, kemacetan menjadikan hanya satu rit per hari.


"Mengangkut barang kalau lebih tiga jam, begitu tiba di tujuan, tempatnya sudah tutup. Harus menunggu besoknya lagi. Contohnya, saya bawa barang dari pelabuhan ke Ngoro Industrial Park, macetnya itu sudah dari Sidoarjo. Sampai di arteri, terus macet. Perhitungan saya satu kendaraan bisa tembbus ke Pandaan itu 3 jam. Begitu mau masuk ke pabriknya, pabriknya sudah tutup. Menunggu besok baru buku," jelasnya.

Pria yang juga menjabat Ketua Umum DPC Khusus Organisasi Angkatan Darat (Organda) Tanjung Perak itu menambahkan, berdasarkan data yang ada, jumlah angkutan yang bergerak saban hari di Tanjung Perak sekitar 8.000 unit.

Halaman
123
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas