Marianti Berharap Kelima Anaknya Sukses Tanpa Melupakan Adat-istiadat Suku Mentawai
Sebelum belajar bersama, Ratna dan Klara sampai memanjat rangka dinding untuk mengambil buku bacaan yang disimpan di bagian internit rumah.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
Baca: Pengacara Tetap Yakin Setya Novanto Menang Praperadilan Jilid II
Tak dinyana, kakak beradik itu memberikan jawaban yang sama saat ditanyakan tentang cita-citanya.
"Saya ingin jadi Bu guru," ujar Ratna.
"Saya suka pelajaran Matematika, ini nilaiku 75, 90, 100, ini lagi 100," kata Klara sembari menunjukkan buku tugasnya.
"Aku juga mau jadi Bu guru," sambungnya.
Asa di Seberang Sungai
Seringnya Kampung Gorottai dilanda banjir dan tidak diakuinya Dusun Gorottai, memaksa warga setempat untuk mencari tempat tinggal baru.
Semula, pada tahun 2012, warga Gorottai berencana pindah ke daerah perbukitan atau beberapa kilometer dari lahan yang ditempati saat ini.
Namun, mereka membatalkan rencana perpindahan pemukiman itu lantaran lahan yang hendak ditempati berdekatan dengan perusahaan kayu dan berpotensi dipermasalahkan.
Akhirnya, setelah musyawarah bersama, pada 2015 mereka memutuskan membangun permukiman di seberang Sungai Gorottai yang berjarak sekitar 2 Km dari kampungnya saat ini.
Baca: Tentara Korut Diduga Curi 50 Barang di Pulau Matsumaekojima Jepang
Dengan difasilitasi Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM), para warga mengajukan permintaan pendanaan program pemukiman baru tersebut mulai tingkat desa hingga dinas terkait.
Mereka mengajukan anggaran untuk pembangunan 13 rumah.
Setelah melewati berbagai proses administrasi, akhirnya pemkab setempat melalui hanya bisa menyiapkan dana desa sebesar Rp 15 juta per rumah.
Sementara, paling tidak pembangunan rumah layak memakan dana Rp 30 hingga Rp 35 juta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.